Stafsus Erick Thohir: Status BSI (BRIS) jadi BUMN Masih Panjang

Bisnis.com,30 Sep 2022, 13:04 WIB
Penulis: Dionisio Damara
Karyawati Bank Syariah Indonesia melayani nasabah di KC Jakarta Hasanudin, Jakarta, Selasa (2/2/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Arya Sinulingga, Staf Khusus III Menteri BUMN Erick Thohir, mengklarifikasi pernyataannya terkait dengan status PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS) yang disebut selangkah lagi menjadi bank pelat merah atau BUMN.

Sebelumnya, BSI disebut-sebut tengah dalam proses menjadi bank BUMN bersanding dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., yang merupakan induk usahanya saat ini.

Namun, Arya meluruskan bahwa saat ini saham merah putih sudah ada di BSI dan hal itu merupakan kontrol pemerintah terhadap emiten bank bersandi saham BRIS tersebut. Dengan demikian, posisi BRIS sudah hampir setara dengan BUMN lainnya.

“Jadi, kalau proses mengenai BSI akan menjadi BUMN, itu prosesnya masih panjang. Butuh waktu lama dan mungkin kita tidak tergesa-gesa saat ini, sehingga diharapkan informasi mengenai BSI sudah clear,” ujar Arya, Jumat (30/9/2022).

Di sisi lain, BSI saat ini tengah fokus memperkuat modal atau capital adequacy ratio (CAR). Setelah mendapatkan persetujuan pemegang saham, BSI berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 6 miliar saham baru melalui skema rights issue.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan bahwa dana tambahan dari rights issue itu nantinya untuk mendukung ekspansi BSI secara organik yakni melalui penyaluran pembiayaan murah dan kompetitif bagi masyarakat.

“Penguatan permodalan ini tentunya akan dimanfaatkan BSI untuk mengembangkan bisnis sehingga dapat memberikan profitabilitas yang optimal bagi pemegang saham,” ujarnya.

BRIS diproyeksikan dapat menghimpun dana hingga Rp5 triliun dari penawaran saham baru itu. Hal terpenting, kata Hery agar target pertumbuhan pembiayaan terpenuhi tambahan modal perlu diperkuat dengan sasaran mencapai di atas 20 persen pada akhir 2025.

Berdasarkan laporan keuangan BSI sampai dengan Juni 2022, Kewajiban penyediaan Modal Minimum (KPMM) tercatat sebesar 17,31 persen. Angka itu turun dibandingkan dengan posisi Juni 2021 yang mencapai 22,27 persen.

Meski demikian, indikator kinerja lainnya milik BSI tercatat meningkat tecermin dari return on equity (ROE) yang menjadi indikator kemampuan dalam meningkatkan laba. ROE milik BSI sampai Juni 2022 tercatat 17,66 persen dibandingkan dengan Juni 2021 sebesar 14,14 persen.

Dari sisi nilai penghimpunan laba bersih, BSI berhasil membukukan laba Rp2,13 triliun atau bertumbuh hingga 41 persen dibandingkan dengan posisi Juni 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini