Obligasi Tetap Punya Magnet Meski Saham Diramal Moncer, Mengapa?

Bisnis.com,02 Okt 2022, 21:00 WIB
Penulis: Rinaldi Mohammad Azka
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Kendati prospek instrumen investasi saham dipandang bakal menggiurkan untuk kuartal IV/2022, bukan berarti opsi lain seperti obligasi kehilangan daya tarik. Meski dari segi imbal hasil daya tariknya redup, risiko investasi obligasi yang lebih minim ketimbang saham dinilai analis sebagai kelebihan tersendiri.

Secara tahun berjalan, kinerja pasar saham yang direpresentasikan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tumbuh 6,98 persen, sedangkan indeks komposit obligasi tumbuh negatif 0,01 persen.

Direktur Utama Pinnacle Persada Investama Guntur Surya Putra menerangkan secara kinerja memang sepanjang tahun berjalan pasar obligasi sebenarnya masih dalam tekanan di tengah tren kenaikan tingkat suku bunga.

Sementara itu, pasar saham walaupun masih mencatatkan kinerja positif, tetapi tingkat fluktuasi juga cukup tinggi.

"Untuk kuartal IV/2022 ini pasar obligasi masih berfluktuasi dan bisa koreksi, tetapi dari penurunannya lebih terbatas," terangnya kepada Bisnis, Minggu (2/10/2022).

Untuk pasar saham banyak investor mengkhawatirkan meningkatnya inflasi dan potensi global resersi. Secara keseluruhan, volatilitas diperkirakan akan cukup tinggi.

Sementara itu, pasar saham indonesia jika dibandingkan dengan regional dinilai Guntur berkinerja lebih baik.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto meyakini pilihan manajer investasi akan sesuai kebijakan investasi reksa dana masingmasing.

"Kalau reksa dana saham, ya tidak bisa masuk obligasi dan sebaliknya. Tingkat inflasi Amerika Serikat dan inflasi Indonesia akan menjadi penentu kebijakan suku bunga," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Herdanang Ahmad Fauzan
Terkini