Risiko Resesi Mengintai, Ini Pesan OJK Bagi Industri Leasing

Bisnis.com,02 Okt 2022, 14:03 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Seorag pria menelepon dengan latar belakang gedung perkantoran di kawasan bisnis terpadu Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta./ Antara Foto-Andika Wahyu.

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan agar para pemain industri pembiayaan (multifinance/leasing) tak sekadar mengandalkan pinjaman perbankan untuk menghadapi periode 2023 yang berpotensi bergejolak.

Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2B OJK Bambang W Budiawan mengungkap terlihat meningkatnya risiko bisnis pada 2023 mendatang. Kondisi ini dapat seiring sentimen negatif terkait aktivitas perekonomian lokal maupun global.

"Untuk memitigasi potensi peningkatan risiko operasional di masa mendatang, penting bagi perusahaan pembiayaan atau multifinance untuk secara konsisten berhati-hati. OJK berharap multifinance rutin menggelar uji daya tahan (stress test)," ujar Bambang dalam diskusi terbatas bersama para pemain multifinance, dikutip Minggu (2/9/2022).

Dia mencontohkan sejumlah risiko itu seperti pelemahan kapasitas keuangan dari debitur di sektor tertentu, dampak kenaikan BBM, pelemahan daya beli, dampak konflik geopolitik, serta berlanjutnya kebijakan moneter untuk menghadang lonjakan inflasi di Tanah Air, seperti kenaikan suku bunga dan pengetatan likuiditas perbankan.

OJK mengingatkan bahwa uji daya tahan alias stress-test penting untuk melihat kualitas portofolio terkini, terutama debitur yang sempat berkaitan dengan restrukturisasi. Harapannya, strategi meningkatkan kapasitas pencadangan berjalan dengan tepat dan terukur. Selain itu, lonjakan potensi non-performing financing (NPF) pun bisa dihindari.

Ke depan, terkait pengembangan industri multifinance yang semakin kuat, OJK melihat ada beberapa aspek yang perlu menjadi renungan buat para pemain. Salah satunya, penghimpunan dana yang lebih menjamin ketahanan dan keberlanjutan buat setiap pemain dalam menjalankan bisnisnya.

"Terkait munculnya potensi risiko semakin sulitnya mencari sumber pendanaan ke depan, kami berharap para pemain industri multifinance bisa keluar dari tren masih tingginya ketergantungan terhadap pendanaan dari perbankan," ungkap Bambang.

Berikutnya, OJK juga berharap setiap pemain memperkuat digitalisasi untuk efisiensi, sekaligus memperkuat kapabilitas teknologi informasi untuk menghadirkan layanan yang lebih baik.

Regulator juga meminta industri mengupayakan program dan strategi keuangan berkelanjutan, memperkuat kualitas manajemen risiko dan kepatuhan, hingga meningkatkan kapasitas laporan keuangan sesuai aturan yang berlaku.

Selanjutnya OJK meminta industri leasing menyiapkan fungsi pelayanan pelanggan yang efektif dan tanggap. Terakhir, menemukan strategi yang tepat dalam menelurkan produk baru atau pengembangan pangsa pasar baru, terutama terkait masyarakat sektor informal, UMKM, dan peluang kebutuhan layanan pembiayaan multi-produk.

"Industri multifinance dalam dua setengah tahun terakhir terbilang perform, sejalan dengan visi pemerintah agar industri turut membantu menangani krisis akibat pandemi. Mempertimbangkan kondisi perekonomian global dan domestik, kami masih memprediksi pertumbuhan pembiayaan akan bertahan dalam tren positif sampai beberapa tahun mendatang," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini