Ramalan Bos OJK Soal Ekonomi dan Resesi Pada 2023

Bisnis.com,03 Okt 2022, 15:44 WIB
Penulis: Rika Anggraeni
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar./ Dok: Youtube Kemenkeu

Bisnis.com, JAKARTA – Bayang-bayang resesi ekonomi global di tahun 2023 semakin nyata. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewanti-wanti kekhawatiran resesi juga kemungkinan akan terjadi lebih cepat dari perkiraan.

Hal itu disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam dalam konferensi pers RDK Bulanan September 2022 secara virtual, Senin (3/10/2022). “Saya rasa memang kita paham bahwa resesi global hampir pasti akan terjadi, setidaknya pada 2023. Kalau tidak lebih cepat dari itu,” kata Mahendra.

Namun, Mahendra mengatakan bahwa ada beberapa hal yang belum dapat diprakirakan, yakni seberapa berat kondisi resesi dan berapa lama resesi tersebut akan terjadi. Meski demikian, Mahendra optimistis prakiraan ekonomi Indonesia di tahun ini dan 2023 akan tetap tumbuh di atas 5 persen.

Atas kondisi itu, terkait kebijakan relaksasi, Mahendra menyatakan bahwa saat ini pihaknya belum bisa menyebutkan kebijakan apa yang dibutuhkan secara pasti. Namun, kata Mahendra, upaya OJK menjaga pertumbuhan ekonomi berkelanjutan sesuai sasaran yang ditetapkan pemerintah, yakni mencapai tingkat pertumbuhan.

“Sekiranya dalam perkembangan nanti kalau diperlukan kebijakan untuk mencapai sasaran itu akan dirumuskan dan ditetapkan,” imbuhnya.

Mahendra menegaskan bahwa di tengah kondisi global yang berat, hingga saat ini perkembangan ekonomi Indonesia juga masih terjaga dalam kondisi yang baik. Dia menyampaikan prakiraan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi Indonesia terjaga baik.

Di tengah revisi ke bawah outlook pertumbuhan global, Mahendra mengungkapkan outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dinaikkan di tahun 2022 seiring dengan masih tingginya harga komoditas dan terkendalinya pandemi.

Adapun, indikator perekonomian terkini juga mengkonfirmasi berlanjutnya kinerja positif perekonomian Indonesia, antara lain terlihat dari neraca perdagangan yang melanjutkan surplus, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur di zona ekspansi, dan indeks kepercayaan konsumen yang tetap optimis.

“Otimisme itu saya rasa kita tempatkan di kondisi realistis, yaitu kita jaga stabilitas dengan baik dan kebijakan serta fasilitas yang dibutuhkan namun waspada dan pahami risiko transmisi dari ekonomi global yang semakin berat,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini