BI Ingatkan Tekanan Rupiah Masih Tinggi pada Kuartal IV/2022

Bisnis.com,03 Okt 2022, 11:37 WIB
Penulis: Maria Elena
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, GIANYAR — Bank Indonesia (BI) memperkirakan tekanan pada nilai tukar rupiah masih akan tinggi pada kuartal keempat tahun ini.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Wahyu Agung Nugroho menyampaikan tekanan yang terjadi pada sebagian besar mata uang di dunia masih dipengaruhi oleh tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 0,42 persen atau 63,50 poin ke Rp15.290,50 per dolar AS pada 11.30 WIB. 

"Walaupun tekanan masih akan cukup tinggi pada kuartal IV/2022, rupiah tentu kita harapkan bisa relatif lebih stabil dibanding negara lain,” katanya pada Sabtu (/10/2022).

Wahyu mengatakan, per 30 September 2022, rupiah tercatat mengalami depresiasi sebesar 6,4 persen secara tahun berjalan (year-to-date/ytd) dibandingkan dengan level pada akhir 2022.

Namun demikian, tingkat depresiasi rupiah masih terjaga dan relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya.

“Depresiasi nilai tukar rupiah yang kalau dibandingkan dengan negara lain kita jauh berada di posisi yang lebih aman. Kalau diperhatikan, rupiah terdepresiasi 6,4 persen, sementara negara tetangga, misalnya baht Thailand terdepresiasi 11,36 persen,” katanya.

Tingkat depresiasi nilai tukar rupiah juga tercatat lebih baik jika dibandingkan dengan mata uang beberapa negara berkembang lainnya, misalnya dengan India yang terdepresiasi sebesar 8,65 persen dan Malaysia terdepresiasi 10,16 persen.

Wahyu menambahkan, BI akan terus berupaya melakukan langkah stabilisasi nilai tukar rupiah melalui strategi triple intervention, yaitu intervensi BI di pasar spot, domestik non-delivery forward (DNDF), dan di pasar SBN, serta dengan strategi operation twist.

Sebagaimana diketahui, BI juga telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) September 2022, sebagai salah satu upaya memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

“Kami yakini dengan kebijakan operation twist yang kita lakukan, didukung kenaikan suku bunga bunga kemarin, ke depan rupiah akan lebih stabil,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini