Imbal Hasil Obligasi Jatuh, Investor Kakap Antre Masuk Wall Street

Bisnis.com,04 Okt 2022, 07:00 WIB
Penulis: Newswire
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Tiga indeks utama Wall Street menguat lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Selasa pagi WIB, karena imbal hasil obligasi pemerintah AS jatuh setelah data manufaktur yang lebih lemah dari perkiraan.

Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 2,66 persen menjadi 29.490,89 poin. Indeks S&P 500 bertambah 2,59 persen menjadi 3.678,43 poin. Indeks Komposit Nasdaq meningkat 2,27 persen, ditutup di 10.815,44 poin.

Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir di wilayah positif, dengan sektor energi menjadi memimpin kenaikan di tengah melonjaknya harga minyak.

Pasar saham AS telah mengalami penurunan tiga kuartal berturut-turut dalam tahun yang penuh gejolak yang ditandai oleh kenaikan suku bunga agresif untuk menjinakkan inflasi yang tinggi secara historis, dan kekhawatiran tentang ekonomi yang melambat.

"Pasar imbal hasil AS (sedang) mundur - itu positif dan berkonotasi dengan lingkungan yang lebih berisiko," kata Art Hogan, kepala strategi pasar di B. Riley Wealth di Boston dikutip dari Antara (4/10/2022).

Lebih lanjut mendukung saham-saham pertumbuhan yang sensitif terhadap suku bunga, imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun turun setelah Perdana Menteri Inggris Liz Truss dipaksa untuk membalikkan arah pemotongan tarif pajak tertinggi.

Perusahaan minyak Exxon Mobil Corp dan Chevron Corp melonjak lebih dari 5,0 persen, mengikuti lonjakan harga minyak mentah karena sumber mengatakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya sedang mempertimbangkan pengurangan produksi terbesar mereka sejak awal dari pandemi COVID-19.

Saham-saham pertumbuhan megacap dan perusahaan teknologi seperti Apple Inc dan Microsoft Corp masing-masing terdongkrak lebih dari 3,0 persen, sementara ekuitas perbankan meningkat 3,0 persen.

Data menunjukkan aktivitas manufaktur meningkat pada laju paling lambat dalam hampir 2,5 tahun pada September karena pesanan baru berkontraksi, kemungkinan karena kenaikan suku bunga untuk menjinakkan inflasi mendinginkan permintaan barang.

Institute for Supply Management (IMS) mengatakan indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur turun menjadi 50,9 bulan ini, meleset dari perkiraan tetapi masih di atas 50, menunjukkan pertumbuhan.

"Aliran data ekonomi sebenarnya datang lebih buruk dari yang diharapkan. Dengan cara yang sangat berlawanan dengan intuisi yang kemungkinan mewakili kabar baik untuk pasar ekuitas," kata Hogan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Pandu Gumilar
Terkini