Harga Minyak Dunia Hampir US$92 per Barel, Detik-detik Pertemuan OPEC+

Bisnis.com,05 Okt 2022, 12:47 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia terpantau melemah setelah sempat reli selama 2 hari terakhir. Koreksi harga terjadi jelang pertemuan bulanan OPEC+ yang kemungkinan akan mengesahkan pemangkasan produksi terbesar sejak 2020 untuk memulihkan harga.

Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu (5/10/2022), pada 11.45 WIB harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan November terpantau turun 0,5 persen ke US$86,09 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent juga melemah 0,4 persen ke level US$91,41 per barel.

Adapun, OPEC+ akan mendiskusikan rencana pemangkasan produksi harian hingga 2 juta barel per hari pada pertemuan bulanannya di Wina, Austria pada Rabu waktu setempat. Jumlah pengurangan tersebut lebih besar 2 kali lipat dari rencana sebelumnya.

Pemangkasan produksi tersebut mengindikasikan kekhawatiran OPEC+ terhadap permintaan energi di tengah pengetatan kebijakan moneter. Harga minyak WTI juga baru saja membukukan koreksi kuartalan pertamanya dalam 2 tahun seiring dengan invasi Rusia ke Ukraina.

Vishnu Varathan, Asia Head of Economics and Strategy Mizuho Bank Ltd mengatakan, pemotongan produksi sebanyak 2 juta barel per hari mengungkapkan agresivitas OPEC+ dalam upayanya memulihkan harga minyak dunia.

“Pengurangan produksi sebanyak 1 juta–1,5 juta barel akan menjadi keputusan yang mudah untuk OPEC+ karena jumlah output saat ini berada di level tersebut,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.

Sementara itu, laporan dari RBC Capital Markets menyebutkan Arab Saudi kemungkinan akan melakukan pengurangan produksi secara sukarela yang ditambah dengan pemangkasan yang akan diumumkan OPEC+. Arab Saudi telah melakukan pengurangan produksi secara sukarela sejak Desember 2016 lalu.

Di sisi lain, OPEC+ juga berpotensi hanya memangkas produksinya di bawah level 1,5 juta barel per hari. Pengurangan produksi dalam jumlah besar ini kemungkinan akan mengundang kritik dari AS dan negara konsumen besar lainnya, dimana inflasi yang dipicu oleh komoditas energi memaksa bank sentral untuk menaikkan tingkat suku bunganya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini