Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan asuransi jiwa PT Asuransi BRI Life masih berproses menyesuaikan produk asuransi dikaitkan investasi (PAYDI/unit-linked) besutannya, sekaligus mulai membatasi pemasarannya ke segmen-segmen tertentu saja.
Direktur Utama BRI Life Iwan Pasila melihat bahwa mayoritas pemain asuransi jiwa sebenarnya menerapkan strategi serupa, seiring terbitnya aturan main baru tentang PAYDI dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui SEOJK No. 5/2022 yang berlaku mulai Maret 2022.
Tak heran, industri asuransi jiwa mendapati koreksi pendapatan premi sebesar 8,9 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp95,68 triliun per Juni 2022 dari Rp105,05 triliun per Juni 2021. Porsi dari unit-linked senilai Rp56,7 triliun pun menjadi pemberat, karena anjlok 11 persen yoy dari Rp64,19 triliun per Juni 2021.
"Tapi bukan hanya karena upaya penyesuaian pemain terhadap SEOJK terbaru saja, perlambatan produk unit-linked juga disebabkan beberapa hal, seperti sentimen negatif karena banyaknya kasus komplain nasabah dan kondisi pasar modal yang terus bergejolak," ujar Iwan ketika dihubungi Bisnis, Kamis (6/10/2022).
Oleh sebab itu, BRI Life pun lebih memilih menerapkan strategi menggenjot produk tradisional secara lebih masif pada periode ini. Sementara itu, pemasaran produk unit-linked digelar secara terbatas, memanfaatkan ekosistem induk usaha, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
Hasilnya, premi bruto BRI Life masih tumbuh 38 persen yoy menjadi Rp4,66 triliun per Juni 2022. Porsi premi baru ekuivalen yang disetahunkan (APE) senilai Rp1,54 triliun pun tumbuh sekitar 20 persen yoy. Adapun, kontribusi produk unit-linked dari total APE hanya sekitar 35 persen.
"Untuk produk unit-linked, kami mendorong pemasaran kepada segmen tertentu di ekosistem BRI. Kami pun masih mempersiapkan perubahan produk untuk memenuhi ketentuan SEOJK terbaru. Sementara itu, penetrasi terhadap nasabah ritel dan mikro dilakukan dengan menggunakan produk-produk proteksi," tambahnya.
Ke depan, dalam rangka mempersiapkan produk unit-linked yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan aturan main anyar OJK, Iwan mengungkap beberapa aspek yang tengah menjadi fokus BRI Life.
Antara lain, standarisasi terhadap kompetensi tenaga pemasar, standarisasi tools yang digunakan para agen, standarisasi proses pemasaran produk unit-linked, dan pemanfaatan teknologi digital untuk meningkatkan pelayanan.
"Ketiga standarisasi ini dimaksudkan agar tenaga pemasar kami memiliki kemampuan memasarkan dan pemahaman produk yang memadai untuk dapat memenuhi kebutuhan calon nasabah secara baik. Teknologi juga jadi fokus untuk memudahkan nasabah berinteraksi dengan kami dalam pengelolaan polisnya," jelas Iwan.
Sebagai contoh, BRI Life telah memiliki layanan contact center tersentralisasi, kontak WA corporate, dan aplikasi gawai, agar pemegang polis dapat berinteraksi dan berkomunikasi secara lebih cepat dengan perusahaan.
"Kami juga mengirimkan copy polis dan summary polis secara digital, sehingga nasabah dapat sesegera mungkin mendapatkan dokumentasi polisnya. Adapun, pengembangan layanan mobile apps bagi pemegang polis kami yang bertajuk MyAccess, harapannya membuat mereka dapat memonitor polisnya kapan pun dan di mana pun," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel