Harga Minyak Melejit, Investasi Migas Belum Ngegas

Bisnis.com,06 Okt 2022, 00:12 WIB
Penulis: Muhammad Ridwan
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA - Tingginya harga minyak mentah tidak membuat minat dari perusahaan minyak dan gas bumi untuk berinvestasi lebih besar. Kondisi itu tidak berdampak besar terhadap masuknya investasi di sektor hulu migas.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan kondisi tingginya harga minyak justru direspon terbalik oleh para perusahaan-perusahaan migas. Pasalnya, besarnya tingkat inflasi menunjukkan arah krisis global.

Dengan demikian, para perusahaan lebih menahan diri untuk mengeluarkan investasinya dan lebih mempersiapkan menghadapi kondisi krisis dengan menahan kasnya.

"Ini sangat berat. Jadi mereka [perusahaan] menyelesaikan dulu utang-utangnya, lalu berhati-hati melihat harga tinggi sementara sehingga kami melihat itu lah dampak investasi di hulu migas," katanya di Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/10/2022).

Dwi mengatakan pada tahun ini pihaknya menargetkan adanya peningkatan investasi di sektor hulu migas sekitar 20 persen--30 persen. Investasi tersebut akan masuk kepada kegiatan pengeboran pada tahun ini yang mencapai 800 sumur.

Berdasarkan data SKK Migas per 31 Agustus 2022, investasi di sektor hulu migas telah mencapai US$6,8 miliar atau 52 persen dari target sepanjang tahun ini US$13,2 miliar.

Sementara itu, hingga 30 September 2022, SKK Migas mencatat kegiatan pengeboran eksplorasi telah mencapai 21 sumur atau 50 persen dari target sepanjang tahun ini sebanyak 42 persen. Pengeboran sumur pengembangan telah mencapai 543 sumur atau 61 persen dari target sepanjang tahun ini 890 sumur.

"Yang menandai investasi di pengeboran ini. Untuk 2023 kita indikasikan tembus 1.000 sumur," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini