Bisnis.com, JAKARTA — Pemain pembiayaan (multifinance) mobil baru mulai keluar dari mode 'kejar setoran' sepanjang kuartal IV/2022, terutama karena telah rampungnya masa insentif pajak barang mewah (PPnBM) dari pemerintah.
Sebagai pengingat, diskon PPnBM untuk beberapa jenis mobil baru pada tahun ini telah habis sepenuhnya pada akhir September 2022. Para pabrikan pun mulai mengerek harga mobil-mobil yang sebelumnya terdiskon ke harga normal dalam waktu dekat.
Perusahaan pembiayaan bagian Grup Astra, PT Astra Sedaya Finance alias Astra Credit Companies (ACC) mengakui bahwa habisnya masa insentif PPnBM menambah sentimen negatif buat lini bisnis pembiayaan mobil baru sampai akhir tahun nanti.
"Sentimen positif buat kami sekarang ini belum ada yang menonjol, karena selain selesainya era diskon PPnBM, ada potensi kenaikan suku bunga dan terus meningkatnya inflasi, harga BBM pun naik. Jadi ACC sendiri mesti lebih berhati-hati," ujar EVP Corporate Communication & Strategic Management ACC Arifianto Soendoro ketika dihubungi Bisnis, Kamis (6/10/2022).
Terlebih, ACC bisa lebih santai karena telah mampu menggenjot penyaluran pembiayaan baru menembus Rp25 triliun pada September 2022, terdorong masih seksinya pengaruh diskon PPnBM terhadap harga jual beberapa jenis mobil.
Sebagai perbandingan, tahun lalu penyaluran pembiayaan baru ACC mencapai Rp26,1 triliun. Kinerja ini lebih baik ketimbang era pandemi alias periode 2020 yang hanya senilai Rp19,6 triliun saja, bahkan telah melampaui periode normal sepanjang 2019 senilai Rp23,6 triliun.
Multifinance anak usaha PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga mencoba lebih santai dalam hal mengejar pembiayaan baru, karena telah merealisasikan penyaluran sekitar Rp20 triliun sampai kuartal III/2022 dari target menyentuh Rp28 triliun pada akhir tahun nanti.
Akan tetapi Direktur Utama BCA Finance Roni Haslim melihat bahwa hilangnya diskon PPnBM sebenarnya tidak akan terlalu berpengaruh, karena harga jual mobil masih akan kompetitif seiring strategi beberapa pabrikan yang masih berada dalam mode banting harga.
"Contoh, penjualan bulanan mobil baru di Agustus 2022 lalu itu naik karena terdorong pameran otomotif GIIAS 2022. Jadi ibaratnya, diskon harga jual karena insentif PPnBM itu sudah agak dilupakan pabrikan maupun konsumen," ungkap Roni kepada Bisnis.
Oleh sebab itu, BCA Finance justru berupaya mengambil peluang baru, lewat merangkul segmen debitur yang tengah mencari-cari penawaran menarik dalam waktu dekat, sebelum nantinya suku bunga acuan melejit lebih tinggi lagi. Caranya, BCA Finance saat ini mengakomodasi uang muka (down payment/DP) rendah mulai dari 10 persen.
"Kalau secara tren, kuartal IV biasanya flat saja, bahkan cenderung agak turun karena banyak hari libur. Tapi kami tetap akan kejar semaksimal mungkin, salah satunya ke pangsa pasar debitur potensial terbesar saat ini, yaitu segmen yang butuh DP kecil buat beli mobil," tambahnya.
Adapun, duo leasing anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) pun kompak bisa mengejar pertumbuhan penyaluran pembiayaan mobil baru dobel digit walaupun era insentif PPnBM telah habis, karena masih ada sentimen penguat dari perbaikan kondisi di internal sektor otomotif.
Bahkan, bagi PT Mandiri Utama Finance, saat ini bahkan penyaluran pembiayaan barunya telah menembus Rp12,3 triliun per September 2022, tercatat telah melampaui capaian sepanjang tahun lalu senilai Rp11,6 triliun, sekaligus menembus target awal tahun yang dipatok.
"Tantangan pembiayaan mobil baru sejak awal 2022 hingga saat ini sebenarnya lebih kepada keterbatasan stok unit kendaraan. Jadi kalau bicara tentang sentimen positif, maka pulihnya stok yang diharapkan segera terjadi akan menjadi faktor penting bagi pemain pembiayaan mobil baru," ujar Direktur Utama MUF Stanley Setia Atmadja ketika dihubungi Bisnis.
Bergeser ke PT Mandiri Tunas Finance (MTF), peluang positif diharapkan datang dari munculnya merek mobil-mobil baru di kisaran Rp500 juta, yang notabene tengah laris-manis diincar konsumen.
Segmen andalan MTF pun didominasi tipe mobil ini. Alhasil, kendati banyak sentimen negatif akibat potensi inflasi dan kenaikan BBM, sampai saat ini MTF masih belum menggeser target penyaluran pembiayaan baru menyentuh Rp24 triliun pada akhir tahun nanti.
"Akhir September 2022 kemarin pembiayaan kami telah tembus Rp20 triliun. Kami mengalami kenaikan di kuartal III/2022 dengan cukup baik. Oleh karena itu, pengaruh dari berakhirnya insentif PPnBM masih belum kelihatan. Mudah-mudahan kondisinya tidak membawa dampak signifikan," ungkap William kepada Bisnis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel