Bank Oke (DNAR) dan MNC Bank (BABP) Geber Rights Issue di Akhir Tahun

Bisnis.com,06 Okt 2022, 23:40 WIB
Penulis: Dionisio Damara
Pekerja melakukan perawatan gedung di dekat logo Bank Oke Indonesia di Jakarta, Jumat (12/11/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Deretan bank mini mulai dari PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) hingga PT MNC Bank Internasional Tbk. (BABP) milik taipan Hary Tanoe mulai menggeber rights issue di sisa tahun 2022.

Langkah penambahan modal melalui penerbitan saham baru ini merupakan upaya untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum, yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bank diminta memiliki modal sedikitnya Rp3 triliun hingga akhir tahun ini.

Bank Oke, misalnya, akan menerbitkan 2,93 miliar saham dengan nilai nominal Rp100 per lembar. Harga pelaksanaan aksi korporasi ini ditetapkan sebesar Rp170 per saham, sehingga total dana hasil rights issue ditargetkan mencapai sekitar Rp500 miliar.

APRO Financial Co. Ltd selaku pemegang saham mayoritas Bank Oke akan bertindak sebagai pembeli siaga. APRO akan mengeksekusi seluruh sisa saham yang tidak terserap atau sebanyak 252 juta saham dengan harga pelaksanaan Rp170 per lembar.

Periode perdagangan rights issue Bank Oke akan dimulai pada 19 – 25 Oktober mendatang. Sementara itu, tanggal pencatatan daftar pemegang saham yang berhak atas HMETD atau recording date ditetapkan pada 17 Oktober 2022.

Dengan demikian, dana segar yang nantinya dihimpun perseroan melalui rights issue akan menyelamatkan modal inti minimum perseroan menjadi Rp3 triliun. Pasalnya, sampai dengan akhir Juni 2022, modal inti DNAR telah mencapai Rp2,968 triliun.

Berdasarkan prospektus yang dirilis di Bursa Efek Indonesia, seluruh dana hasil rights issue setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan untuk pengembangan usaha perseroan. Dana itu nantinya bakal disalurkan dalam bentuk pemberian kredit.

Direktur Bank Oke Efdinal Alamsyah mengatakan meski di tengah ketidakpastian ekonomi, pihaknya optimistis dana rights issue akan mendorong laju penyaluran kredit perusahaan. 

“Dengan adanya dana right issue, kami optimistis dapat melanjutkan tren positif pertumbuhan kredit kami ke depannya,” tuturnya kepada Bisnis, Kamis (6/10/2022).

Hingga Juni 2022, emiten berkode saham DNAR tersebut membukukan penyaluran kredit sebesar Rp6,59 triliun atau meningkat 21,45 persen secara year-to-date (ytd). Peningkatan ini didorong oleh tumbuhnya jumlah kredit modal kerja.

Sementara itu, MNC Bank akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 10,48 miliar saham Seri B sesuai keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Langkah itu untuk mengejar pemenuhan modal minimal sampai dengan akhir tahun ini.

Rights issue ini menunjukkan komitmen MNC Bank memenuhi modal inti minimum Rp3 triliun sesuai dengan POJK 12/2020,” ujar Direktur MNC Bank Rita Montagna.

Sampai dengan 30 Juni 2022, BABP memiliki ekuitas sebesar Rp2,38 triliun. Sedikitnya, bank milik Hary Tanoe ini membutuhkan modal tambahan sebesar Rp620 miliar guna memenuhi batas minimal Rp3 triliun.

Selaras untuk memenuhi ketentuan modal inti, PT Bank Bumi Arta Tbk. (BNBA) juga menyiapkan aksi penawaran umum terbatas dengan menerbitkan 1,38 miliar saham. Aksi korporasi ini ditargetkan berlangsung pada November mendatang.

Manajemen Bank Bumi Arta menjelaskan hak memesan efek terlebih dahulu atau HMETD akan diperdagangkan mulai 21—25 November 2022. Sejauh ini perseroan belum menetapkan harga pelaksanaan rights issue.

Di sisi lain, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Maximilianus Nico Demus berpendapat bahwa tepat atau tidaknya rights issue bank-bank mini tergantung pada tujuan, kebijakan, serta fundamental dari perusahaan.

Oleh karena itu, aksi ini dinilai menjadi langkah tepat bagi perbankan selama upaya tersebut selaras dengan tujuan serta fundamental. Apalagi, rights issue menjadi pilihan menarik bagi emiten bank di tengah tren kenaikan suku bunga acuan.

“Dari sisi investor, semua akan kembali kepada harga dan tujuan right issue dan investor tentu akan melihat fundamental dari emiten tersebut. Selama menarik, investor akan menyerap right issue tersebut.,” ujar Nico.

Sementara itu, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan aksi rights issue dari bank-bank mini untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum dinilai menjadi langkah tepat, tetapi kurang pas di tengah situasi saat ini.

“Karena terkait dengan waktu serta minat investor untuk membeli saham-saham bank tersebut lantaran situasi dan kondisi hari ini,” ujar Amin.

Menurunnya, rights issue dinilai memerlukan pertimbangan secara matang dan tidak bisa dipersiapkan secara sesaat. Amin pun menyarankan agar bank lebih cenderung menempuh mekanisme kemitraan strategis atau bergabung dalam Kelompok Usaha Bank (KUB).  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Kahfi
Terkini