Cek Rekomendasi Saham Otomotif saat Relaksasi PPnBM Berakhir

Bisnis.com,07 Okt 2022, 10:02 WIB
Penulis: Rinaldi Mohammad Azka
Petugas berdiri di dekat deretan mobil baru yang terparkir di PT Indonesia Terminal Kendaraan atau IPC Car Terminal, Cilincing, Jakarta, Kamis (11/2/2021). /Antara Foto-Aprillio Akbar.

Bisnis.com, JAKARTA - Kebijakan relaksasi pajak penjualan barang mewah (PPnBM) kendaraan roda empat telah berakhir pada September 2022. Walaupun begitu, kinerja emiten otomotif diprediksi tetap bakal melaju hingga akhir tahun.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengungkapkan sebelumnya relaksasi PPnBM mobil menjadi salah satu sentimen yang mendongkrak kinerja sejumlah emiten otomotif seperti ASII dan AUTO yang menorehkan pertumbuhan laba bersih pada semester I/2022 dibandingkan dengan tahun lalu.

"Dengan berakhirnya relaksasi PPnBM mobil di September kemarin, bisa saja berdampak pada penurunan penjualan di paruh kedua tahun 2022 ini," jelasnya kepada Bisnis, Kamis (6/10/2022).

Meski demikian, dia menilai kenaikan suku bunga acuan BI masih belum akan efektif hingga akhir tahun ini. Dengan begitu, suku bunga masih cukup terjaga, artinya pembeli yang menggunakan cara kredit masih belum terdampak.

Terlebih lagi inflasi Indonesia dinilainya cukup stabil yang ditopang oleh pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik.

Penjualan mobil domestik secara ritel selama delapan bulan pada tahun ini sebanyak 637.000 unit, atau naik sekitar 20 persen dibandingkan periode yang sama 2021 sekitar 527.000 unit.

"Namun, ada faktor lain yang dapat menopang bisnis otomotif menuju penghujung tahun ini. Walau harga BBM juga naik, masyarakat bisa beralih ke jenis kendaraan berbasis listrik atau EV," katanya.

Saat ini sejumlah pelaku bisnis otomotif baik domestik dan asing telah mengeluarkan varian kendaraan listrik. Faktor lain adalah daya beli masyarakat yang diperkirakan masih cukup baik, juga suku bunga yang masih terjaga.

Lebih lanjut, Frankie merekomendasikan saham ASII untuk tetap dapat dicermati. Hal ini mengingat emiten ini memiliki lini bisnis yang terdiversifikasi, dengan target harga atau target price (TP) pada 7.200.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini