Bisnis.com, JAKARTA - Industri teknologi finansial pendanaan bersama atau peer-to-peer (P2P) lending berpeluang mendulang berkah, andai kata lembaga keuangan konvensional mulai lebih selektif dalam menyalurkan kredit di tengah ancaman resesi.
CEO dan Co-Founder PT Indo Fin Tek (Dompet Kilat) Sunu Widyatmoko membenarkan bahwa segmen peminjam (borrower) industri P2P cenderung membesar ketika terjadi krisis, termasuk nasabah 'buangan' bank atau multifinance yang pengajuan kreditnya ditolak.
"Walaupun pengajuan pinjaman tambah banyak, tentu tidak semua kami terima. Para pemain pasti sudah banyak belajar ketika krisis pandemi Covid-19 lalu, buktinya industri P2P lending pun tetap bertumbuh waktu itu. Ternyata kuncinya ada pada kemampuan pemain melihat peluang dari segmen-segmen yang walaupun berisiko tinggi, tapi tetap terukur," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (7/10/2022).
Sebagai contoh, lembaga keuangan konvensional cenderung menghindari pelaku UMKM yang sedang mencoba peluang bisnis baru atau tengah merintis cara baru dalam berbisnis, demi beradaptasi di masa krisis. Pemain P2P lending justru bisa menampung mereka.
Dompet Kilat pun merasakan fenomena serupa, sebab juga memiliki produk pinjaman produktif kendati masih terhitung sebagai tekfin P2P lending klaster multiguna. Kala itu, Sunu menyebut Dompet Kilat pun banyak menampung para UMKM yang dianggap terlalu berisiko oleh lembaga keuangan konvensional.
"Jangan salah, ketika pandemi Covid-19 itu banyak juga pelaku UMKM dan pelaku usaha perorangan yang bisnisnya malah tumbuh, terutama kalau kegiatan bisnisnya sudah bersandar pada digitalisasi, bukan cuma aktivitas fisik. Platform P2P harus punya kemampuan untuk melihat peluang semacam ini," tambahnya.
Sekadar informasi, pinjaman Dompet Kilat saat ini menembus Rp667 miliar kepada 14.000 borrower. Pinjaman outstanding tersisa Rp52 miliar dan memiliki tingkat keberhasilan bayar 90 hari (TKB90) bertahan di 99,55 persen.
Sebagai informasi, pinjaman produktif Dompet Kilat, antara lain AgriKilat untuk ekosistem UMKM bidang agrikultur, ModalKilat untuk UMKM yang butuh layanan invoice financing atau working capital loan. Adapun, GajiKilat merupakan layanan pinjaman payroll awal waktu atau employee loan untuk karyawan perusahaan mitra.
"Ke depan, Dompet Kilat masih optimistis, tapi juga lebih waspada. Karena kondisi sudah berbeda, dan cenderung lebih baik ketimbang pandemi Covid-19 lalu, di mana banyak aktivitas ekonomi yang benar-benar setop. Namun, dalam kondisi seperti itu pun kami masih bertumbuh," ungkap pria yang juga Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) ini.
Bergeser ke platform P2P lending klaster produktif, CEO & Co-Founder PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (Akseleran) Ivan Nikolas Tambunan sepakat bahwa ancaman resesi justru bisa menjadi peluang bagi pihaknya.
"Secara umum, UMKM kita itu resilience dari krisis. Terutama bagi segmen UMKM andalan kami yang membutuhkan layanan invoice financing, itu butuh pinjaman karena menggunakan dananya untuk bekerja lagi. Jadi saya yakin Akseleran tetap tumbuh di tengah gejolak perekonomian saat ini," ungkapnya kepada Bisnis.
Sepanjang tahun berjalan, Akseleran tercatat berhasil menyalurkan pinjaman Rp2,12 triliun dari 199.817 entitas pendana kepada 39.844 entitas peminjam. Adapun, sisa outstanding mencapai Rp602 miliar kepada 1.238 peminjam aktif, dengan TKB90 di angka 99,59 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel