Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. Yuddy Renaldi menuturkan pihaknya saat ini masih fokus menggarap bisnis KPR. Laju KPR Bank BJB tercatat tumbuh 17,1 persen secara tahunan ditopang oleh penjualan rumah subsidi.
"Permintaan rumah subsidi ini cukup tinggi, mudah-mudahan tidak berpengaruh besar terhadap permintaannya pasca berakhirnya insentif. Kami masih optimistis dapat tumbuh pada segmen KPR sampai akhir tahun kisaran 15–16 persen,” ujarnya kepada Bisnis.
Di tengah optimisme tersebut, Yuddy menyatakan emiten berkode saham BJBR ini masih melihat perkembangan terkait seberapa besar dampak penjualan rumah dan permintaan KPR setelah berakhirnya masa insentif PPN DTP pada September lalu.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Segara Institut Piter Abdullah menilai saat ini pola konsumsi masyarakat sudah mulai berangsur normal, khususnya konsumsi masyarakat menengah atas termasuk konsumsi kendaraan bermotor dan perumahan.
Menurutnya, seiring dengan pulihnya konsumsi tersebut, insentif yang ditujukan untuk mendorong belanja masyarakat di sektor konsumsi seperti PPnBM dan PPN menjadi tidak terlalu dibutuhkan lagi dan sewajarnya dicabut.
“Penghentian insentif ini diperkirakan tidak akan membuat konsumsi barang mewah dan perumahan kembali turun,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (5/10/2022).
Piter menilai dorongan permintaan kredit akibat pulihnya aktivitas masyarakat seiring dengan meredanya pandemi akan berdampak lebih besar daripada pemberian insentif PPnBM dan PPN.
Sejauh ini laju permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) masih terjaga hingga Agustus 2022. KKB yang sebelumnya terkontraksi kini mampu tumbuh 13 persen secara tahunan pada Agustus 2022, sementara KPR meningkat 7,4 persen.
Adapun nilai outstanding KKB sampai dengan Agustus 2022 tercatat sebesar Rp110,7 triliun. sementara itu, KPR tercatat mencapai Rp614,7 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel