Bisnis.com, JAKARTA — Tenggat spin off unit usaha syariah (UUS) akan berlaku pada 2023. Di tengah waktu yang menyempit, kini PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau BBTN telah memberi sinyal untuk melepas unit usaha syariahnya.
Kewajiban pemisahan atau spin off UUS dari induknya diatur melalui Undang-undang RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Pemisahan tersebut wajib dilakukan maksimal 15 tahun sejak UU tersebut diterbitkan atau paling lama pada 2023.
Terkait sinyal yang telah dilempar BTN, kandidat terkuat yang mungkin akan membeli BTN Syariah adalah PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS). Bank syariah dengan aset Rp277,34 triliun per Juni 2022 ini sudah lama digemborkan untuk mengakuisisi anak usaha BTN.
Menurut Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, rencana BTN untuk melepas UUS merupakan langkah yang tepat.
Dia menuturkan apabila BTN Syariah bergabung dengan Bank Syariah Indonesia (BSI), langkah itu akan mempercepat penetrasi pangsa pasar bank syariah di Indonesia. Selain itu, emiten bersandi saham BBTN ini juga akan semakin lincah menggarap bisnis perumahan.
“BBTN juga akan jauh lebih lincah ke depannya dan fokus terhadap perumahan. UUS akan fokus dengan BSI,” katanya dalam keterangan tertulis baru-baru ini.
Dia menuturkan bahwa konsolidasi lanjutan bank syariah milik pemerintah juga akan meningkatkan aset BSI. Sebagai bank hasil gabungan tiga anak usaha bank BUMN, BSI juga akan memiliki basis klien yang semakin besar.
“Dari sisi UUS BTN akan berkembang karena didukung oleh BSI yang memiliki permodalan jauh lebih kuat, dan didukung oleh teknologi dan SDM [sumber daya manusia] yang mumpuni,” pungkas Nico.
Secara terpisah, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menyatakan rencana aksi korporasi BBTN melepas UUS akan mendapatkan apresiasi dari investor. Hal ini akan berbanding lurus dengan harga saham.
“Kalau untuk BTN ini akan memengaruhi kinerja top line [pendapatan] sehingga mudah-mudahan berpengaruh positif ke kinerja bottom line [laba],” katanya.
Menurut Nafan, pengelolaan segala produk syariah di bawah satu payung bank BUMN akan membuat pertumbuhannya lebih terukur. Selain itu, BSI saat ini juga memiliki likuiditas yang lebih memadai dibandingkan dengan BTN.
Mengutip laporan keuangan masing-masing bank, rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) BTN mencapai 93,12 persen per Juni 2022. Pada periode yang sama, rasio pembiayaan terhadap simpanan atau financing to deposit ratio (FDR) BSI sebesar 78,14 persen.
Sebelumnya, Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan bahwa pihaknya memiliki sejumlah opsi untuk memenuhi tenggat spin off UUS. Nantinya keputusan akhir akan diambil dengan mempertimbangkan jalan yang paling menentukan.
“Tentu kami mencari opsi yang terbaik dan memungkinkan. Apabila, nanti pilihannya itu adalah penyerahan kepada bank syariah yang sudah ada, tentu hasil penjualannya diperhitungkan juga dengan liabilitas yang kami serahkan,” ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (15/9/2022).
Haru menambahkan bahwa dalam pengambilan opsi tersebut, artinya ada aset dan liabilitas yang akan diserahkan. Dengan demikian jika ada kelebihan dari penjualan tersebut, dana akan kembali ke kas perseroan dan dipergunakan untuk mendorong ekspansi kredit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel