Ongkos Produksi Industri Pengguna Batu Bara Diperkirakan Naik karena Musim Hujan

Bisnis.com,11 Okt 2022, 00:02 WIB
Penulis: Rahmad Fauzan
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). /Antara Foto-Syifa Yulinnas

Bisnis.com, JAKARTA — Industri penyerap batu bara diramal berhadapan dengan peningkatan ongkos produksi menyusul adanya potensi berkurangnya persediaan emas hitam itu karena terkendala faktor cuaca.

Menurut Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal, perubahan musim dari kemarau ke hujan di pengujung tahun berpotensi meningkatkan harga batu bara karena produksi yang diramal terganggu oleh kondisi tersebut.

"Penurunan produksi ini akan meningkatkan harga batu bara. Artinya, ini akan meningkatkan ongkos produksi bagi industri yang menyerap batu bara sebagai bahan baku energi, terutama semen," ujarnya kepada Bisnis, Senin (10/10/2022).

Kondisi tersebut, lanjutnya, juga bisa berdampak terhadap profitabilitas dan arus kas perusahaan karena didorong oleh faktor lain seperti inflasi yang dinilai mampu menahan laju permintaan.

Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan di sektor industri terkait dinilai perlu menyiapkan langkah lebih jauh untuk mengantisipasi penurunan produksi batu bara memasuki musim penghujan serta kenaikan harga.

Sebelumnya, perihal kemungkinan penurunan produksi batu bara disampaikan oleh PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) dalam pemberitaan di Bisnis.com pada Rabu 5 Oktober 2022.

Direktur dan Corporate Secretary BUMI, Dileep Srivastava mengatakan perusahaan menurunkan target produksi tahun ini menjadi sekitar 70-78 juta ton dari target awal sebanyak 86 juta ton.

Sepanjang semester I/2022, dari sisi cadangan dan produksi BUMI sudah terkendala oleh fenomena La Nina yang menyebabkan musim hujan berkepanjangan.

Sepanjang semester pertama tahun ini, batu bara yang berhasil ditambang perusahaan sebanyak 34,5 juta ton, turun 14 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni 40,1 juta ton.

Selain itu, batu bara yang terjual pada paruh pertama tahun ini turun 16 persen menjadi 33,8 juta ton, dari tahun lalu 40,2 juta ton.

Dengan kemungkinan penurunan produksi, BUMI menurunkan target produksi tahun ini, terbaru menjad1 sekitar 70-78 juta ton, atau setara dengan tahun lalu sebesar 78 juta ton.

Pasokan Aman

Kendati demikian, emiten semen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) memastikan persediaan batu bara perusahaan cukup untuk menopang operasi selama musim hujan yang berpotensi mengurangi produksi emas hitam. 

Direktur Indocement Antonius Marcos mengatakan emiten berkode INTP itu telah menyiapkan sejumlah kontrak dengan rekanan pemasok batu bara perusahaan sebagai langkah antisipasi musim hujan tahun ini. 

"Kontrak-kontrak dengan rekanan pemasok batubara telah kami persiapkan untuk antisipasi musim hujan ini. Sejauh ini stock batu bara masih mencukupi untuk menopang kebutuhan operasi semen kami," ujar Antonius kepada Bisnis. 

Sebagai informasi, data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat kebutuhan batubara industri sepanjang 2022 diproyeksikan sebesar 16,66 juta ton. 

"Jumlah tersebut meningkat sekitar 4,45 juta ton dibandingkan kebutuhan batubara pada 2021," ujar Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam (BGNL) Kemenperin Wiwiek Pudjiastuti kepada Bisnis, Senin (10/10/2022). 

Wiwiek mengatakan angka kebutuhan tersebut diambil berdasarkan rencana produksi klinker dari perusahaan semen di Indonesia pada 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini