Harga BBM Naik, Indeks Keyakinan Konsumen Melorot

Bisnis.com,11 Okt 2022, 03:08 WIB
Penulis: Maria Elena
Massa aksi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terdiri dari aliansi mahasiswa dan Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) memblokade Jalan Protokol MH. Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (13/9/2022). /Bisnis-Szalma Fatimarahma

Bisnis.com, JAKARTA — Optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi mengalami penurunan, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tercatat sebesar 117,2 pada September 2022. Pengamat menilai hal ini seiring dengan kenaikan harga bbm

IKK pada periode tersebut lebih rendah dibandingkan dengan Agustus 2022, yakni 124,7, namun masih berada pada level optimis. 

Menurunnya keyakinan konsumen tercatat pada seluruh kategori pengeluaran, terutama pada responden dengan pengeluaran Rp4 juta dan Rp1 juta hingga Rp5 juta. 

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyampaikan bahwa penurunan IKK ini sejalan dengan laju inflasi yang meningkat tinggi pada September 2022.

Yusuf mengatakan, inflasi pada September 2022 yang mencapai 5,95 persen telah melampaui batas atas dari target pemerintah. Sepanjang tahun berjalan, inflasi hingga September 2022 telah mencapai 4,84 persen.

Adapun, inflasi kelompok harga barang yang diatur pemerintah menjadi kontributor dengan kenaikan terbesar, di atas barang bergejolak dan inflasi inti. 

“Hal ini menggambarkan bahwa dampak perubahan dari harga BBM berdampak signifikan terhadap kenaikan inflasi dan pada muaranya kegiatan konsumsi masyarakat,” katanya kepada Bisnis, Senin (10/10/2022).

Dia mengatakan, kondisi ini tergambarkan dari penurunan IKK pada seluruh kelompok golongan. 

Menurutnya, meskipun kelompok penghasilan bawah telah mendapatkan bantuan pemerintah selama periode kenaikan harga BBM bulan lalu, namun tetap tidak menghindarkan menurunnya persepsi keyakinan konsumen kelas ini.

Konsumsi masyarakat kelas bawah yang mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah pun ikut mengalami perlambatan atau penurunan bersamaan dengan kelompok lain. 

“Saya kira sign ini perlu dievaluasi, apalagi jika data indek penjualan riil telah keluar. Jika asumsi penjualan riil justru turun, maka perlu dievaluasi penyaluran bantuan sosial, jelasnya.

Yusuf mengatakan, perkembangan IKK ke depan masih akan dipengaruhi oleh seberapa tingginya inflasi akan terjadi di sisa bulan tahun ini.

Jika mengacu pada Indeks Harga Produsen, yang pertumbuhannya telah mencapai 11 persen secara tahunan pada kuartal II/2022, maka tingkat harga di tingkat konsumen berpotensi mengalami kenaikan.

“Artinya inflasi masih berpotensi untuk meningkat dan oleh karena itu, IKK juga berpotensi kembali menurun di beberapa bulan ke depan. Namun, saya kira masih akan tetap berada di level optimis,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini