Sri Mulyani: ‘Badai Hebat’ Akan Datang, Ancam Negara Berkembang

Bisnis.com,12 Okt 2022, 19:17 WIB
Penulis: Wibi Pangestu Pratama
Menteri Keuangan Sri Mulyani di Kompleks Parlemen, Rabu (31/8/2022)./Bisnis-Wibi Pangestu Pratama

Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia sebagai presidensi G20 menilai bahwa kerentanan pangan dan tingginya harga energi akan membawa 'badai hebat' risiko bagi negara-negara berkembang. Kelompok elit G20 perlu berperan dalam mengantisipasi risiko tersebut.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam wawancaranya dengan Bloomberg News di Washington DC, Amerika Serikat. Dia menghadiri rangkaian pertemuan IMF dan G20 di Negeri Paman Sam, sebelum berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.

Sri Mulyani menyebut bahwa kondisi ekonomi yang masih sulit saat ini berpotensi akan lebih 'gelap' pada tahun depan. Meningkatnya kerawanan pangan dan harga energi yang tinggi membuat banyak negara kelimpungan.

Tantangan itu ditambah dengan lonjakan inflasi, apresiasi nilai tukar dolar Amerika Serikat, dan tren suku bunga yang terus naik.

Menurutnya, kondisi yang berat akan terjadi secara global, tetapi tekanannya lebih besar bagi negara-negara berkembang.

"Badai pasti sangat kuat... Akan menempatkan banyak negara berkembang dan berkembang dalam situasi yang sangat serius dan sulit," ujar Sri Mulyani, dilansir dari Bloomberg pada Rabu (12/10/2022).

Menurutnya, langkah The Fed yang menaikkan suku bunga dengan agresif memang bertujuan untuk mengatasi inflasi dan menjaga kredibilitas bank sentral.

Namun, kebijakan itu memiliki konsekuensi yang tidak baik untuk negara-negara berkembang dan akan mempersulit mereka untuk menerbitkan obligasi.

Sri Mulyani menyebut bahwa sekitar 15 negara berkembang memiliki obligasi pemerintah berdenominasi dolar AS yang membayar setidaknya 1.000 basis poin lebih tinggi dari US Treasury.

Jumlah negara itu dua kali lipat meningkat dari posisi awal 2022. 

Dia pun menilai bahwa krisis pangan menjadi risiko besar yang menghantui negara-negara berkembang.

"Mereka yang tidak bisa mendapatkan stok pupuk mencukupi akan menghadapi kekurangan pangan dalam enam bulan," imbuhnya.

Sri Mulyani menyoroti pentingnya peran Indonesia sebagai presidensi G20 untuk mengajak negara-negara anggota, terutama mengikutsertakan Rusia, dalam mengatasi berbagai permasalahan. Indonesia juga akan mengajak G7 untuk turut mengambil langkah penyelesaian masalah global.

"Nilai sebenarnya dari forum G20 adalah, terlepas dari apa yang terjadi hari ini, dunia akan membutuhkan kerja sama semacam ini. Dan forum ekonomi perdana seperti G20 ini layak untuk dilanjutkan, dipertahankan, dan dilestarikan," ujar Sri Mulyani.

Pada Rabu (12/10/2022) waktu Washington DC, Sri Mulyani akan memimpin pertemuan keempat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 tahun ini.

Dia memiliki tanggung jawab untuk mengusung berbagai topik dan penyelesaian masalah ekonomi global.

Dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 di Bali pada April 2022, pejabat dari Amerika Serikat, Kanada, dan beberapa negara Eropa keluar dari ruangan ketika perwakilan Rusia mulai berbicara.

Hal itu meningkatkan tensi perbincangan negara-negara G20 dalam upaya pencarian solusi atas permasalahan ekonomi yang kini terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini