Ini Saran Pakar Agar Indonesia Selamat dari Ancaman Krisis Pangan

Bisnis.com,13 Okt 2022, 18:13 WIB
Penulis: Annasa Rizki Kamalina
Presiden Joko Widodo meninjau lahan yang akan dijadikan Food Estate atau lumbung pangan baru di Kapuas, Kalimantan Tengah, Kamis (9/7/2020). Pemerintah menyiapkan lumbung pangan nasional untuk mengantisipasi krisis pangan dunia. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA — Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung Bustanul Arifin mengungkapkan hal pertama yang perlu dilakukan Indonesia untuk menghadapi ancaman krisis pangan global.

Bustanul mengatakan Indonesia perlu fokus pada produktivitas komoditas pangan semaksimal mungkin untuk mengantisipasi krisis pangan. Pasalnya, hal tersebut akan lebih berpengaruh terhadap hasil produksi dari pada melakukan pembukaan lahan baru.

“Nomor satu fokus pada peningkatan produktivitas karena itu hasilnya tidak terlalu lama dibandingkan dengan perluasan lahan baru,” ujar Bustanul, Kamis (12/10/2022).

Bustanul yang juga ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) menilai gagasan terkait mewujudkan cadangan pangan daerah harus diwujudkan dalam waktu dekat.

Lebih lanjut, dia mengatakan pemerintah melalui Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) harus melakukan manajemen stok sebaik mungkin, terlebih untuk komoditas beras yang dikabarkan mulai menurun.

Untuk komoditas beras, dia menilai yang perlu diperhatikan bukan hanya stok ada di Perum Bulog saja, tapi juga di penggilingan, swasta dan pedagang.

Sementara itu Bustanul menilai kondisi ketahanan pangan Indonesia saat ini sudah lebih baik dari tahun sebelumnya atau pada 2021.

“Kondisi ketahanan pangan sekarang sudah relatif lebih baik dibandingkan tahun lalu,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memprediksi banyak negara terancam menjadi negara gagal akibat ancaman krisis pangan, energi, keuangan, hingga dampak perubahan iklim. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan gangguan pada produksi pangan, sehingga memunculkan ancaman kelaparan.

Jokowi menyatakan bahwa kemampuan setiap negara berbeda-beda menghadapi ancaman krisis tersebut.

"Ada negara yang mampu bertahan dan memiliki resiliensi yang tinggi, tetapi banyak juga negara yang terancam jadi negara gagal yang berdampak pada jutaan warganya serta memperlebar ketidak seimbangan ekonomi global," kata Jokowi saat membuka Sidang ke-8 Pertemuan Ketua Parlemen G20 di Gedung DPR RI Jakarta, Kamis (6/10/2022).

Jokowi pun mengimbau seluruh pihak untuk bersama-sama menurunkan ego dalam menyelesaikan masalah. Menurutnya, semua pihak harus berupaya keras mengatasi perbedaan-perbedaan.

"Memperbanyak dan memperkuat titik temu untuk mendorong pemulihan ekonomi dunia serta mengatasi krisis lebih efektif," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fitri Sartina Dewi
Terkini