Wall Street Ditutup Naik, Lonjakan Inflasi AS Jadi Kabar Baik?

Bisnis.com,14 Okt 2022, 05:40 WIB
Penulis: Asahi Asry Larasati
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat signifikan pada Kamis (13/10/2022) di tengah lonjakan inflasi AS bulan September. Bahkan, inflasi inti menyentuh level tertinggi sejak 1982.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average naik 2,83 persen ke 30.038,72, indeks S&P 500 naik 2,6 persen ke 3.669,91, dan Nasdaq Composite naik 2,23 persen ke 10.649,15.

Indeks Wall Street anjlok setelah inflasi inti AS naik ke level tertinggi dalam 40 tahun terakhir, meskipun data inflasi secara keseluruhan melandai. Namun, Wall Street berhasil rebound dan ditutup menguat pada akhir perdagangan.

Sejumlah indeks dan banyak saham mengalami kenaikan yang kuat, terutama dari posisi terendah intraday. Namun, analis masih mencerna apakah perdagangan hari Kamis menandai pasar bearish rendah atau hanya pemantulan singkat.

Jika ini akhirnya menjadi reli pasar dengan kaki nyata, investor akan memiliki banyak waktu untuk membangun eksposur. Jika indeks dengan cepat mencapai posisi terendah baru, investor akan menyimpan dana bentuk tunai. Hal ini menjadi salah satu cara untuk masuk ke reli baru dengan cepat tanpa mencoba menebak dasar yang kuat.

Dilansir Bloomberg, Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis melaporkan indeks harga konsumen (IHK) AS naik 8,2 persen pada September 2022 dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Di sisi lain, IHK inti yang tidak termasuk harga makanan dan energi naik 6,6 persen yoy, level tertinggi sejak 1982. Dari bulan sebelumnya, IHK inti naik 0,6 persen.

Direktur investasi di abrdn James Athey data inflasi yang dirilis hari ini bukankan data yang diharapkan pasar atau The Fed.

"Tekanan inflasi tetap tinggi. Kenyataannya adalah bahwa untuk masa mendatang The Fed tetap bersikap hawkish. Ini akan mendorong imbal hasil obligasi dan dolar AS tetapi ini menjadi berita yang buruk untuk pasar saham." jelasnya.

Lonjakan data inflasi inti AS ini semakin menekan The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih agresif guna membasmi inflasi yang masih sulit turun.

Pasar saat ini memperkirakan penuh The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada pertemuan November mendatang. Adapun suku bunga acuan diperkirakan menyentuh 4,85 persen sebelum siklus pengetatan berakhir.

Adapun manajer portofolio senior Federated Hermes Steve Chiavarone mengatakan adanya kenaikan harga energi yang berkelanjutan dapat membawa inflasi ke level tertinggi baru

“Itu bisa sangat mengkhawatirkan bagi pasar karena mendorong kembali ekspektasi inflasi puncak, puncak sikap hawkish the Fed, dan dapat memaksa pasar memproyeksikan suku bunga acuan di atas 5 persen,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini