ALFI: Bisnis Logistik Mulai Rasakan Ancaman Resesi Global

Bisnis.com,17 Okt 2022, 12:23 WIB
Penulis: Anitana Widya Puspa
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mulai mendorong optimisme pelaku logistik dalam menyikapi prediksi ancaman resesi global pada 2023.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi menjelaskan sikap pemerintah telah memberikan sinyal soal ancaman ketidakpastian perekonomian dunia pada tahun depan tersebut. Merespons kondisi tersebut, saat ini, kalangan pelaku usaha termasuk di sektor logistik sedang mencermati fenomena ancaman krisis global tersebut.

"Pelaku logistik di Indonesia juga mulai merasakan sinyal itu lantaran kegiatan perdagangan dunia yang mulai lesu dan biaya kontainer yang kembali pada titik semula. Apalagi, penurunan aktivitas ekspor-impor sudah mulai dirasakan sejak dua bulan lalu," ujarnya, Senin (17/10/2022).

Oleh sebab itu, kata dia, guna mempertahankan kinerja sektor logistik perlu strategi yang jitu dengan memperhatikan indikator-indikator perekonomian global akibat ancaman resesi.

"Apalagi, peringatan Pemerintah RI soal ancaman resesi global juga cukup beralasan, yang mengingatkan bahwa resesi global ditandai dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, melandainya permintaan dari negara maju, melemahnya harga komoditas, dan terjadinya arus pembalikan modal atau capital reserval.

ALFI pun kembali mengingatkan agar pelaku logistik lebih bijak menyikapi ancanan resesi global supaya bisa lebih siap dalam mengantisipasi jika kondisi ketidakpastian ekonomi terjadi. Sebab semua negara termasuk Indonesia pastinya terimbas jika resesi sudah melanda dunia.

Menurutnya, optimisme juga perlu diciptakan oleh para pelaku logistik dengan harapan kondisi akan berangsur membaik pada masa-masa mendatang.

"Sama halnya saat Pandemi Covid-19 berlangsung, sektor logistik menjadi salah satu sektor yang optimis mampu bertahan, bahkan sebagian diantaranya malah tumbuh," jelasnya.

Yukki mengingatkan perlunya menjaga optimisme tersebut. Sebab dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 5,3 persen, maka konsumsi masyarakat juga perlu di jaga. Sementara investasi didorong tetap tumbuh yang pada akhirnya mampu meningkatkan lapangan pekerjaan.

Selain itu jika dibandingkan banyak negara lainnya, kondisi realisasi investasi dan inflasi Indonesia masih jauh lebih baik 5,8 persen. Dasar knilah yang membuat pihaknya tetap optimistis walau perlu kehatian-hatian menghadapi ekonomi tahun depan.

"Kita memang perlu kerja keras dengan seluruh potensi yang ada saat ini agar bisa meminimalisir imbas ancaman krisis global. Dan ingat, jangan panik," tekannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini