Wamen BUMN: Pengembangan EBT Berpotensi Kurangi Subsidi BBM

Bisnis.com,18 Okt 2022, 04:00 WIB
Penulis: Afiffah Rahmah Nurdifa
Wamen BUMN: Pengembangan EBT Berpotensi Kurangi Subsidi BBM. / ANTARA FOTO-Ahmad Subaidi

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus menggencarkan upaya dekarbonisasi melalui pengembangan energi baru terbarukan (EBT). 

Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury menjelaskan bahwa hal tersebut perlu dilakukan untuk mendorong ketahanan dan kemandirian energi di Indonesia. Adapun, pengembangan EBT tak hanya bersumber dari energi semata, melainkan juga biomassa, biofuel, dan panas bumi. 

"Kami sangat serius tentang dekarbonisasi dan kami melihat ini sebagai peluang bagi Indonesia dalam hal meningkatkan ketahanan energi dan kemandirian energi kami," kata Pahala dalam pembukaan SOE Internasional Conference dan Peluncuruan Indoensia Water Fund (IWF), Senin (17/10/2022). 

Dalam hal ini, dia melihat BUMN memiliki peran yang sejalan dengan fokusnya untuk memberikan nilai, dampak positif bagi sosial masyarakat Indonesia, dan berinovasi dengan mengubah model bisnis. 

Untuk mewujudkannya, pihak BUMN memiliki 5 inisiasi yang mencakup pengembangan kapasitas energi baru dan terbarukan, transisi energi, pembangunan ekosistem electricity vehicle (EV), memaksimalkan potensi Nature Based Solustion (NBS) dan pengembangan industri hijau. 

Terkait transisi energi, Pahala menilai Indonesia masih perlu berusaha keras untuk mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik tenaga uap batu bara. Padahal, Indonesia memiliki kelebihan pasokan listrik.

Di sisi lain, pembangunan ekosistem EV diperlukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar. Artinya, Indonesia perlu mengimpor lebih sedikit dan mengurangi subsidi BBM. 

"Dengan memindahkan orang ke penggunaan EV kita akan dapat menghemat [biaya operasional] sekitar Rp1,5 juta per tahun dari subsidi pemerintah," ungkapnya. 

Lebih lanjut, optimalisasi NBS juga tak kalah penting mengingat Indonesia memiliki sekitar 172 juta hektare hutan. Hal ini menjadi kekuatan dan keunggulan yang kompetitif.

Terakhir, dia mengingatkan tentang pembangunan industri hijau yang lebih ramah lingkungan. Menurutnya, pengembangan ekosistem ini sangat penting untuk mengembangkan kredit offset karbon di masa depan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianus Doni Tolok
Terkini