Harga CPO Tembus 4.000 Ringgit, Ikuti Lonjakan Harga Minyak Dunia

Bisnis.com,18 Okt 2022, 16:02 WIB
Penulis: Maria Artha
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, di Petajen, Batanghari, Jambi, Jumat (11/12/2020). Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) memperkirakan nilai ekspor kelapa sawit nasional tahun 2020 yang berada di tengah situasi pandemi Covid-19 tidak mengalami perbedaan signifikan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 20,5 miliar dolar AS atau dengan volume 29,11 juta ton. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

Bisnis.com, JAKARTA – Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) menyentuh 4.015 ringgit per ton pada pukul 14.27 WIB, naik sebesar 3 persen setelah awal September 2022 lalu sempat meninggalkan level 4.000 ringgit. 

Beriringan dengan penguatan CPO, harga minyak mentah juga ikut terkerek pada hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (18/10/2022) pukul 14.09 WIB, harga minyak mentah dunia mengalami peningkatan tipis.

Harga minyak mentah Brent kontrak Desember 2022 meningkat 0,49 persen menjadi US$92,07 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 0,74 persen menjadi US$86,20 per barel.

Founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengatakan jika harga CPO yang tembus 4.000 ringgit merupakan sentimen positif dari kondisi saat ini, sebab dolar terkoreksi, dan bursa saham AS di Wall Street, New York rebound

“Harga minyak mentah pun memperpanjang kenaikan menyusul kabar OPEC+ sedang mempertimbangkan pengurangan batas produksi. CPO sebagai biodiesel terdorong naik juga,” kata Wahyu saat dihubungi Bisnis, Selasa (18/10/2022).

Harga minyak mentah dunia sangat erat kaitannya dengan harga CPO. Kenaikan harga minyak mentah akan membuat penggunaan biodiesel menjadi lebih kompetitif. CPO yang merupakan bahan baku pembuatan biodiesel bisa menjadi substitusi minyak mentah sehingga ketika harga minyak mentah naik, harga CPO juga ikut naik.

Selain itu, lanjut Wahyu, faktor kebijakan China mengenai pelonggaran kebijaka non-Covid juga sangat berpengaruh.

“China diperkirakan akan secara bertahap melonggarkan kebijakan nol-Covid yang telah menghambat konsumsi dan permintaan minyak sawit, bisa memicu spekulasi positif atas CPO,” imbuhnya.

Meskipun, harga CPO dihantui beberapa faktor yang berpengaruh jangka pendek seperti cuaca dan musim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini