Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada siang ini, Kamis (20/10/2022).
Ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan kembali menaikkan suku bunga acuan, terutama untuk menjaga stabilitas rupiah dan menjangkar ekspektasi inflasi.
Co-Founder dan Direktur Eksekutif Segara Institut Piter Abdullah menyampaikan bahwa tekanan pada nilai tukar rupiah terus berlanjut akibat keluarnya aliran modal asing dari pasar keuangan domestik.
Dengan perkembangan tersebut, diperlukan respons dan intervensi BI, terutama melalui instrumen kebijakan suku bunga.
“Rupiah terdepresiasi dalam, saya kira Bank Indonesia akan merespons perkembangan ini dengan menaikkan suku bunga acuan minimal 25 basis poin,” katanya kepada Bisnis, Rabu (19/10/2022).
Piter mengatakan, bahkan jika BI mengambil langkah ahead the curve, untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan hingga akhir tahun, BI tidak menutup kemungkinan untuk menaikkan suku bunga acuan hingga 50 basis poin.
Namun demikian, imbuhnya, BI akan juga akan mempertimbangkan langkah kebijakan the Fed ke depan. Jika the Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya secara agresif, maka tren kenaikan suku bunga acuan di dalam negeri juga diperkirakan berlanjut di akhir tahun.
“Saya yakin BI akan mengimbanginya dengan kembali menaikkan suku bunga acuan,” kata Piter.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan bahwa instrumen kebijakan moneter bank sentral di tengah ketidakpastian global yang tinggi akan tetap diarahkan untuk menjaga stabilitas.
“Kebijakan moneter dalam menghadapi gejolak global dan mengendalikan inflasi kami arahkan untuk pro-stabilitas,” katanya, Rabu (19/10/2022).
Perry mengatakan, BI dalam 2 bulan terakhir telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,75 persen. Keputusan tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk memastikan inflasi kembali pada sasaran 2–4 persen pada kuartal III/2022.
“Kami meyakini bersama pemerintah, kami bisa mencapai itu sehingga inflasi pada kuartal III/2023 akan berkisar 3,5–3,6 persen dan pada kuartal IV/2023 akan kembali sekitar 3 persen,” jelasnya.
Perry menambahkan, laju inflasi memang diperkirakan terus meningkat, namun dengan respons kebijakan dan koordinasi yang kuat bersama dengan pemerintah, inflasi di dalam negeri dapat dijaga lebih rendah dibandingkan negara lain.
“Oleh karena itu, respons suku bunga [BI] tidak seagresif the Fed maupun seperti negara lain,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel