Kenaikan Suku Bunga BI Bisa Gerus Margin Bunga Bank Digital

Bisnis.com,23 Okt 2022, 15:41 WIB
Penulis: Dionisio Damara
Ilustrasi daftar bank digital di Indonesia/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan suku bunga acuan yang terjadi secara beruntun sejak Agustus 2022 diperkirakan membuat bank-bank digital sulit meningkatkan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM).

Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur pada 19 – 20 Oktober 2022 memutuskan untuk mengerek suku bunga acuan 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen. Dengan demikian, bunga acuan telah naik 1,25 persen sepanjang 2022 atau dari level 3,5 persen pada Juli 2022.

Seiring dengan peningkatan itu, suku bunga deposit facility ikut terkerek sebesar 50 bps menjadi 4,00 persen dan suku bunga lending facility meningkat 50 bps menjadi 5,50 persen.

Retail Research Analyst CGS-CIMB Sekuritas Indonesia Aji Kurniawan mengatakan kenaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) diperkirakan bakal membuat bank digital sulit meningkatkan margin bunga bersih dalam waktu dekat.

Pasalnya, peningkatan suku bunga acuan akan direspons oleh perbankan dengan mengerek bunga dana pihak ketiga (DPK), khususnya deposito. Pada saat bersamaan, bank memerlukan waktu untuk menghitung kembali bunga kredit yang diberikan.

Langkah penyesuaian bunga kredit perlu dilakukan di tengah kenaikan suku bunga acuan agar bank dapat memperoleh margin untuk menutupi biaya dana atau cost of fund, yang bakal melonjak akibat peningkatan bunga DPK.

“Dari segi behavioral, bank digital akan kesulitan menaikkan NIM dalam waktu dekat karena kenaikan inflasi dan suku bunga, sebab mereka gemar mengobral bunga tinggi dalam bentuk dana murah ataupun deposito,” ujar dalam satu webinar baru-baru ini.

Di sisi lain, Aji menilai bahwa sentimen positif akan hinggap pada bank-bank besar konvensional yang memiliki dana murah atau current account saving account (CASA) di level tinggi dan loan to deposit ratio (LDR) yang rendah.

Sementara itu, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin sebelumnya juga mengatakan kenaikan suku bunga acuan akan memaksa bank untuk menyesuaikan suku bunga deposito, sehingga berdampak pada kinerja laba bank digital.

Dana Murah

Sebagai langkah antisipasi terhadap dampak dari kenaikan suku bunga acuan, sejumlah bank digital akan menggenjot dana murah atau CASA guna meredam peningkatan struktur biaya dana.

Direktur Utama PT Bank Jago Tbk. (ARTO) Kharim Siregar mengungkapkan bahwa struktur dana murah, yang mencakup giro dan tabungan dari perseroan tercatat tumbuh sebesar 422 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp5,14 triliun per kuartal III/2022.

Pada periode yang sama, deposito juga bertumbuh 38 persen secara tahunan menuju angka Rp2,14 triliun. Hal ini membuat struktur biaya dana semakin membaik, tecermin dari rasio CASA terhadap total DPK mencapai 71 persen.

Hal itu membuat ARTO mencatatkan pendapatan bunga dan pendapatan syariah tumbuh 205 persen yoy menjadi Rp1,08 triliun, sedangkan beban bunga mencapai Rp101 miliar atau naik 166 persen. Alhasil, pendapatan bunga bersih tercatat Rp984 miliar, tumbuh 210 persen yoy.

Kharim menyatakan meningkatnya dana murah perseroan tidak terlepas dari tumbuhnya jumlah nasabah funding yang mencapai 4,2 juta per akhir September 2022, naik tiga kali lipat dari 2021. Menurutnya, kolaborasi menjadi kunci dari peningkatan jumlah nasabah ARTO.

“Kolaborasi adalah cara yang efektif untuk memberikan produk dan layanan keuangan kepada nasabah, serta membuat kami bertumbuh cepat dan efisien. Kami akan terus memperluas dan memperdalam kolaborasi dengan ekosistem yang sudah ada maupun yang baru,” kata Kharim.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Bank Raya Indonesia Tbk. (ARGO) Ajeng Putri Hapsari mengungkapkan bahwa perseroan telah menyesuaikan tingkat suku bunga deposito guna merespons kenaikan suku bunga acuan.

Untuk menjaga kinerja keuangan, entitas anak dari BRI Group ini akan berfokus mengakuisisi pendanaan dalam bentuk dana murah terutama untuk deposan ritel. Pasalnya, deposan ritel dinilai tidak terlalu sensitif terhadap kenaikan suku bunga.

Sampai dengan akhir Juni 2022, emiten berkode saham AGRO ini mencatatkan jumlah pengguna sekitar 713.000, dengan pengguna aktif bulanan (monthly active user/MAU) mencapai 600.000 rekening dari total nasabah. Perseroan membidik 1 juta nasabah hingga akhir 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini