Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dinilai sebagai pemain utama yang mampu memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM.
Dalam acara Trade Investment & Industry Working Group (TIIWG) yang digelar di Bali, pekan lalu, Pakar kebijakan publik dari Harvard Kennedy School Profesor Jay K. Rosengard mengatakan tidak ada satu pun perbankan di dunia yang mampu menandingi kinerja BRI dalam pemberdayaan UMKM, khususnya di segmen mikro.
“BRI dengan jaringannya di Indonesia merupakan bank yang paling unggul di sektor mikro. Berbagai lembaga lain di dunia pernah mencoba untuk memfokuskan di sektor tersebut, namun tidak ada yang sesukses BRI,” tutur Jay.
Menurutnya, peran emiten bank berkode saham BBRI itu dalam menjangkau nasabah hingga ke segmen mikro dan ultra mikro menjadi salah satu kunci utama meningkatkan inklusi keuangan.
Jay juga melihat BBRI mampu mengembangkan pertumbuhan bisnis secara berkelanjutan. Hal ini tercermin dari inisiatif holding ultramikro yang terjalin antara BRI, PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).
Meski baru berusia satu tahun, kinerja holding ultramikro dinilai cukup mengesankan. Holding ini telah mengintegrasikan 23,5 juta nasabah dengan total outstanding pembiayaan sebesar Rp183,9 triliun per Agustus 2022.
“Holding ultramikro merupakan terobosan yang inovatif dalam mendorong perekonomian masyarakat. Teknologi tidak dapat menggantikan manusia, tetapi melengkapi keberadaan human touch dalam kaitannya inklusi keuangan,” ucapnya.
Secara terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menyampaikan bahwa inisiatif holding ultramikro menjadi inovasi perseroan untuk menyasar kalangan masyarakat unbankable dan meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.
Menurutnya, perseroan ingin agar masyarakat yang dahulu harus menanggung beban bunga besar karena meminjam dana ke rentenir beralih menjadi nasabah ultramikro.
“Holding UMi juga menargetkan mereka yang sekarang ada di rentenir. Betapa tidak efisiennya mereka bayar bunga 500 persen setahun. Bagaimana jika mereka kita mudahkan aksesnya, masuk ke lembaga keuangan formal, maka mereka akan menambah margin. Mereka akan lebih kuat modalnya. Mereka akan punya kapasitas yang lebih besar,” ujar Supari.
Berdasarkan riset yang dilakukan perseroan, masih ada 5 juta usaha mikro yang dilayani oleh rentenir dengan bunga tinggi, serta terdapat 7 juta pelaku usaha yang lari ke keluarga dan kerabat. Ada pula 18 juta yang belum tersentuh oleh keuangan formal.
Oleh karena itu, sebanyak total 30 juta dari pelaku usaha mikro tersebut akan menjadi target nasabah dari holding ultramikro. Pada tahap selanjutnya, holding diproyeksikan mampu melayani sebanyak 45 juta nasabah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel