Bisnis.com, JAKARTA - Emiten sektor pembiayaan PT BFI Finance Tbk. (BFIN), yang dimiliki konglomerat Garibaldi 'Boy' Thohir dan Jerry Ng lewat Trinugraha Capital & Co SCA, mencatatkan pertumbuhan kinerja penyaluran pembiayaan signifikan sepanjang 9 bulan pertama 2022. Kenaikan ini terdorong masifnya kebutuhan akan produk multiguna dana tunai dan berkah moncernya permintaan alat berat.
Sentimen positif dari kedua sektor tersebut membawa pembiayaan baru BFIN per September 2022 mencapai Rp13,72 triliun, tumbuh 48,3 persen (year-on-year/yoy) ketimbang periode sama tahun lalu senilai Rp9,25 triliun.
Direktur Keuangan BFIN Sudjono menjelaskan bahwa moncernya produk pembiayaan multiguna dan alat berat turut mengerek ekspektasi pertumbuhan pembiayaan baru mencapai lebih dari 40 persen yoy pada akhir tahun nanti.
Sebagai perbandingan, ketika memasuki periode 2022, BFIN hanya berani menargetkan pertumbuhan di kisaran 10 persen yoy ketimbang realisasi sepanjang periode 2021 senilai Rp13,14 triliun.
"Ternyata pembiayaan alat berat dalam tren pertumbuhan signifikan, dan ini bukan hanya dirasakan BFIN saja. Sementara itu, multiguna juga terus bertumbuh karena produk ini begitu fleksibel, baik ketika masyarakat dan pelaku usaha tengah dilanda krisis, maupun saat memasuki kondisi pemulihan," ujarnya, Kamis (27/10/2022).
Kinerja pembiayaan baru ini turut mendongkrak portofolio piutang kelolaan BFIN menjadi Rp18,37 triliun, tercatat naik 26 persen (year-to-date/ytd) ketimbang akhir 2021 senilai Rp14,57 triliun dan naik 33,6 persen yoy dari September 2021 senilai Rp13,74 triliun.
Berdasarkan objek pembiayaan, kendaraan roda empat masih menjadi kontributor terbesar, tepatnya senilai Rp12,5 triliun atau mencapai 68,2 persen dari total portofolio piutang kelolaan.
Menyusul setelahnya, alat berat dan mesin dengan porsi 12,7 persen, kendaraan roda dua sebesar 11,3 persen, pembiayaan beragun rumah dan ruko 2,8 persen, serta pembiayaan syariah dan lain-lain sebesar 5 persen.
Kinerja ini turut mengerek total aset BFIN menjadi Rp20 triliun dan tumbuh sebesar 36,6 persen yoy. Bahkan, capaian ini tercatat telah melampaui nilai aset tertinggi di masa normal sebelum pandemi Covid-19, yaitu sebesar Rp19,1 triliun per 31 Desember 2018.
"BFIN percaya selalu ada peluang buat kami bertumbuh. Ketika ekonomi bagus, banyak industri yang membutuhkan modal kerja untuk mengembangkan usaha. Sebaliknya, kalau ekonomi kurang bagus pun, permintaan untuk kebutuhan multiguna meningkat. Jadi buat BFIN, terpenting tetap menjaga manajemen risiko sebaik mungkin, serta disiplin menerapkan prosedur," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel