Luhut: Pembengkakan Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Sudah Diselesaikan

Bisnis.com,28 Okt 2022, 14:13 WIB
Penulis: Nyoman Ary Wahyudi
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memberi sambutan pada forum Laporan CSR Perusahaan Tiongkok di Indonesia yang dinisiasi oleh China Chamber of Commerce in Indonesia di Raffles Hotel Jakarta, Jumat (28/10/2022)./ Bisnis-Nyoman Ary Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa perhitungan biaya pembengkakan (cost overrun) proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) sudah diselesaikan.

"Kereta cepat saya kira bagus cost overrun kita sudah selesaikan," ujarnya di acara China Chamber of Commerce in Indonesia di Raffles Hotel Jakarta, Jumat (28/10/2022).

Dia mengungkapkan bengkaknya biaya pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) terjadi akibat kerusakan tanah pada jalur kereta.

Akibat goyangnya tanah, lanjutnya, sebanyak tiga terowongan menjadi terganggu. Luhut juga menampik adanya perbedaan angka cost overrun antara pemerintah Indonesia dan China.

"Enggak juga, udah ketemu angkanya [cost overrun]. Nantikan tanggal 16 [November 2022] ada dynamic test," imbuhnya.

Di kesempatan yang sama, Duta Besar Republik Rakyat China untuk Indonesia Lu Kang buka suara soal hambatan yang dihadapi pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Sejak awal, dia memahami bahwa proyek ini merupakan joint venture antara Indonesia dan China.

"Anda melihat semua perusahaan yang berpartisipasi, firma, mereka berdekatan. Terlepas dari semua kesulitan, dan kesulitan tak terduga seperti Covid-19 dan masalah geopolitik," katanya.

Seperti diketahui, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) awal tahun ini menemukan bahwa cost overrun proyek Kereta Cepat mencapai US$1,1 miliar. Sementara itu, PT Kereta Api Indonesia (Persero), selaku lead consortium, memprediksi kisaran cost overrun mulai dari US$1,1 miliar sampai dengan US$1,9 miliar.

Selaku pemegang saham KCIC, kedua negara yakni Indonesia dan China memiliki kewajiban untuk membayar biaya tersebut. Adapun, kepemilikan saham China di KCIC sebesar 40 persen, sedangkan Indonesia sebesar 60 persen.

Pembiayaan proyek juga mengandalkan pinjaman selain ekuitas KCIC. Sekitar 75 persen nantinya akan bersumber dari pinjaman ke China Development Bank (CDB).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini