JK Sebut KTT Presidensi G20 Indonesia Akan Jadi Pertemuan Paling Dilematis

Bisnis.com,02 Nov 2022, 18:13 WIB
Penulis: Maria Elena
Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menilai bahwa pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi G20 di bawah Presidensi Indonesia akan menjadi pertemuan G20 yang dilematis.

“Mungkin yang paling ribet. Saya pernah menghadiri beberapa pertemuan G20, terakhir di Argentina, semuanya berjalan mulus, tapi pertemuan ini pasti mengalami banyak kendala karena adanya perang dan masalah lain,” katanya, Rabu (2/11/2022).

KTT G20 yang akan diadakan dalam waktu kurang dari 2 pekan ini dinilai tidak akan berjalan mulus, mengingat adanya ketegangan sejumlah negara, di samping ketegangan antara Rusia dan Ukraina, misalnya Amerika Serikat dengan China dan Arab Saudi.

Dia mengatakan, pertemuan KTT G20 justru diharapkan dapat menjadi momentum untuk mendamaikan Rusia dan Ukraina, meski hal ini tidak mudah.

Pasalnya, KTT G20 merupakan pertemuan tertinggi di dunia bagi negara-negara uang memiliki kekuatan ekonomi terbesar dan memiliki pengaruh yang besar terhadap ekonomi dunia.

Berbagai tantangan ekonomi yang dihadapi saat ini, tidak hanya negara G20, akibat perang Rusia dan Ukraina kata JK sangatlah bergantung pada kedua negara tersebut. 

“Tentu agak dilematis Indonesia menjadi Presidensi G20 saat konflik terjadi. Sebelumnya pertemuan G20 berlangsung dengan damai dan semuanya bisa dicapai meski kepentingan negara berbeda-beda,” tutur JK.

Sebagaimana diketahui, KTT G20 di bawah Presidensi Indonesia akan diselenggarakan pada 15 dan 16 November 2022 di Bali.

Pada kesempatan yang berbeda, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa sebanyak tiga negara belum memberikan konfirmasi untuk hadir pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.

"G20 tinggal 3 yang belum, nanti akan saya telepon mengkonfirmasi kedatangan beliau-beliau," katanya.

Menurut Jokowi, kehadiran sebanyak 17 negara hingga 18 negara yang telah dikonfirmasi merupakan suatu capaian besar. Hal ini dikarenakan, dalam keadaan normal sebelum pandemi Covid-19, jumlah tersebut juga sudah tercatat baik.

Selain 19 negara dan Uni Eropa, Indonesia turut mengundang negara-negara lain non-anggota G20 serta sejumlah organisasi internasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini