Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan PT CIMB Niaga Auto Finance (CIMB Niaga Finance/CNAF) mencatatkan pertumbuhan laba signifikan hingga September 2022, yang bahkan telah melampaui capaian sepanjang tahun lalu.
Presiden Direktur CIMB Niaga Finance Ristiawan Suherman mengungkap bahwa moncernya kinerja keuangan sepanjang tahun ini sejalan dengan tren penyaluran pembiayaan baru yang saat ini tercatat tumbuh 72 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp6,2 triliun per September 2022.
"Sampai September 2022, capaian laba sebelum pajak kami Rp368 miliar atau meningkat 79,3 persen [yoy] dibandingkan periode sama tahun lalu Rp205,4 miliar. Terbilang melampaui ekspektasi, karena sebenarnya target awal kami itu hanya tumbuh sekitar 50 persen [yoy] di akhir tahun nanti," ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Rabu (2/11/2022).
Sampai akhir tahun nanti, pria yang akrab disapa Aris ini melihat persentase pertumbuhan laba CNAF kemungkinan besar tidak akan kembali digenjot terlalu agresif, seiring kondisi operasional bisnis pembiayaan yang semakin menantang.
Beberapa tantangan tersebut, antara lain karena kenaikan suku bunga acuan yang berpeluang menggerus margin, potensi gejolak perekonomian yang bisa menekan daya beli masyarakat terhadap produk otomotif, serta kecenderungan debitur menahan diri mengambil cicilan baru di tengah kondisi ketidakpastian.
"Terlebih, sampai sekarang pun kami masih belum mempertimbangkan kenaikan pengenaan bunga ke debitur. Efeknya, margin tentu akan sedikit turun, tapi yang penting penawaran kami tidak memberatkan konsumen. Karena segmen kami itu ambil tenor pembiayaan maksimal 4-5 tahun, jadi kalau ada peningkatan bunga akan sangat terasa buat mereka," tambahnya.
Sebagai perbandingan, capaian laba sebelum pajak CNAF sepanjang tahun lalu mencapai Rp309,68 miliar, naik 12,8 persen yoy. Membawa kinerja laba bersih menyentuh Rp243,92 miliar pada akhir 2021 dan tercatat naik sebesar 8,5 persen yoy dari posisi akhir periode 2020 sebesar Rp224,81 miliar.
Ketika itu, leasing anak usaha PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) ini mencatatkan penyaluran pembiayaan baru sebesar Rp5,67 triliun, naik hingga 51,3 persen yoy ketimbang capaian sepanjang periode 2020 sebesar Rp3,75 triliun.
Sampai tutup buku periode 2022 nanti, Aris memproyeksi penyaluran pembiayaan baru akan jatuh di kisaran Rp8 triliun, sejalan dengan tren beberapa bulan belakangan yang hanya dipatok di kisaran Rp600 miliar per bulan.
Aris mengakui strategi penyaluran pembiayaan yang lebih moderat pun kemungkinan akan bertahan sampai 2023 nanti, terutama untuk menjaga kualitas portofolio, mengantisipasi terjadinya lonjakan non-performing financing (NPF) di tengah kondisi menantang.
"Karena kami juga ingin memastikan kinerja keuangan yang sehat sesuai amanat induk usaha. Sekadar info, CNAF sekarang baru berumur 12 tahun. Baru sejak 2017 kami sudah tidak jadi beban buat induk usaha berkat transformasi bisnis ke arah yang lebih sehat. Jadi kami harus terus mempertahankannya," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel