Bisnis.com, JAKARTA — Upaya pemerintah dalam mendorong kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) membutuhkan dukungan lembaga keuangan. Dukungan tersebut harus dilakukan sejak saat ini agar pada 2030, Indonesia memiliki ekosistem EV yang matang, termasuk industri baterai yang dapat bersaing dengan negara-negara lain.
Dalam acara The Indonesia 2023 Summit: Rebuild The Economy 2023 pekan lalu, Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury mengaskan saat ini pemerintah fokus dalam upaya pengembangan ekosistem indus
Pahala menuturkan bahwa Indonesia memiliki potensi menjadi rantai pemasok baterai EV global di masa depan, sebab memiliki cadangan nik
Dia mendorong agar makin banyak bank maupun multifinance yang bersedia memberikan
“Jadi ini sebenarnya satu hal yang kita perlu benar-
Menurutnya, jika banyak per
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Yasushi Itagaki mengatakan dalam mendukung pertumbuhan EV di Tanah Air, Danamon menerapkan berbagai strategi.
Beberapa waktu lalu perseroan berkerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) membangun tempat pengisian baterai mobil listrik di lokasi perkantoran. Danamon menjadi bank pertama yang memiliki tempat pengisian baterai mobil listrik di kawasan perkantoran.
Selain itu, lanjutnya, Danamon juga telah memiliki program yang membantu para pegawainya untuk membeli EV dan membangun panel tenaga surya di rumah mereka.
“Jadi kami memulai dari ekosistem yang kami miliki untuk mengimplementasikan Go Green. Selanjutnya, kami berencana untuk menghadirkan model skema pembayaran bagi para nasabah umum untuk dapat membeli EV,. Itu adalah langkah selanjutnya,” kata Itagaki kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.
Itagaki menturkan untuk mewujudkan rencana tersebut perusahaan saat ini sedang dalam tahap pembicaraan dengan salah satu manufaktur kendaraan. Rencana ini tidak berhenti di Bank Danamon, juga nantinya di Adira Finance, anak usaha Bank Danamon, sehingga mereka dapat membantu pelanggan memiliki kendaraan listrik.
Dia meyakini skema pembiayaan yang tepat akan menjadi kunci dalam mendukung perkembangan EV di Tanah Air. “Saat ini skema tersebut masih disempurnakan,” kata Itagaki.
Tantangan Unik
Itagaki menuturkan terdapat tantangan yang unik dalam mengemas skema pembiayaan ini, salah satunya adalah penilaian terhadap komponen-komponen dalam kendaraan listrik tersebut.
Perusahaan terus mengumpulkan data, sebab jika perusahaan ingin terlibat dalam pembiayaan EV, perlu memiliki keterampilan dalam penilaian EV. Apalagi, komponen EV berbeda dengan kendaraan yang ada saat ini.
Misalnya, baterai dalam kendaraan listrik. Sebagai teknologi baru, baterai dalam EV masih terus berkembang. Perusahaan belum banyak mengetahui mengenai teknologi ini.
Dengan terjadi pemahaman yang sama terhadap kendaraan listrik, maka perbankan akan makin yakin dalam menyalurkan pembiayaan untuk kendaraan listrik, kemudian industri kendaraan listrik berkembang makin masif.
“Skema ini akan memberi kepuasan bagi semuanya. Bagi nasabah, manufaktur dan perbankan. Untuk ekosistem,” kata Itagaki.
Senada, Direktur Utama PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) I Made Dewa Susila mengatakan bagi perusahaan pembiayaan ada proses pembelajaran yang harus dilakukan sebelum terlibat lebih dalam di industri EV.
Proses pembelajaran ini akan berkembang secara paralel dengan perkembangan industri EV di Indonesia. Dari total 5 juta kendaraan roda dua dan 800.000 kendaraan roda empat yang terjual pada tahun ini, menurutnya, porsi EV terus berkembang.
“Memang belum sampai pada level 5 persen atau 10 persen [dari total kendaraan terjual], tetapi kita tidak bisa mengabaikan ini. Jadi kita harus siap mengantisipasi tren beralihnya sebagian konsumen ke EV,” kata Dewa.
Dia juga mengatakan bahwa saat ini EV baru masuk ke konsumen kalangan kelas atas. Pertumbuhan EV diperkirakan akan masif ketika masuk ke kelas menengah.
Langkah Manufaktur
Pada acara yang sama, produsen kendaraan dan komponen roda empat mengungkapkan komitmen mereka dalam mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Project General Manager of Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing Co. Ltd Indra Chandra Setiawan mengatakan Toyota-Daihatsu menjadi satu satunya pembuat mobil di dunia yang memproduksi mobil listrik dengan banyak model.
Untuk mobil hybrid (HEV), kata Indra, Toyota memiliki 48 model, model PHEV sebanyak 5 model, model BEV sebanyak 8 model, dan 2 model FCEF
“Dan jika kita jumlahkan ini semua dari tahun 1997 sampai sekarang, kami hampir menjual 20 juta kendaraan dan kami menghemat 160 juta metrik tons of CO2 emission,” kata Indra.
Kebutuhan pembiayaan dalam pengembangan EV diakui cukup besar oleh Director PT Astra Otoparts Tbk. Kusharijono. Dia mengatakan pengembangan kendaraan listrik akan mendorong industri komponen melakukan transisi dan sedikit perubahan komponen-komponen, sehingga membutuhkan modal.
“Hal itu butuh waktu, butuh dana dan riset. Kira-kira sekitar 40 persen dari industri komponen mungkin saat ini ada di engine industri,” kata Kusharijono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel