Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank of India Indonesia Tbk. (BSWD) meralat penawaran rights issue mereka menjadi naik dua kali lipat. Upaya rights issue ini dilakukan Bank of India Indonesia guna memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp3 triliun hingga akhir tahun ini.
Berdasarkan keterbukaan informasi, Bank of India Indonesia mengumumkan ralat informasi rights issue dari yang sebelumnya direncanakan 1,2 miliar saham menjadi rights issue 2,4 miliar.
"Estimasi jumlah maksimal rencana pengeluaran saham dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) adalah sekitar 2,4 miliar lembar saham," kata direksi Bank of India Indonesia dalam keterbukaan informasi, Jumat (4/11/2022).
Sementara itu, untuk hal-hal lain terkait rights issue yang tidak diubah dalam ralat, tetap mengacu kepada keterbukaan informasi sebelumnya.
Emiten bank bersandi BSWD ini telah mengumumkan rencana rights issue pada 7 Oktober 2022 lalu. Bank akan terlebih dahulu meminta persetujuan rights issue kepada pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang rencananya digelar pada 15 November 2022.
Bank of India Indonesia menggelar rights issue guna memenuhi memenuhi ketentuan modal minimal bank umum dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Total modal inti perseroan diestimasi akan menjadi sebanyak-banyaknya Rp3,63 trilliun," kata Kepala Divisi Human Capital Bank of India Indonesia Hary Suryawan Dwiputra dalam keterbukaan informasi yang dikutip bulan lalu (10/10/2022).
BSWD saat ini baru memenuhi modal inti Rp2,02 triliun per kuartal III/2022. Angka ini masih di bawah ketentuan OJK yang mewajibkan setiap bank umum di Tanah Air memiliki modal inti paling sedikit Rp3 triliun pada akhir 2022.
Sebelumnya, Bank of India Indonesia telah menjalankan aksi rights issue setelah mendapatkan persetujuan RUPSLB pada 16 Maret 2022 dan tanggal pernyataan efektif pada 19 Agustus 2022.
Dana hasil rights issue itu seluruhnya akan dipergunakan oleh perseroan untuk meningkatkan aset produktif, antara lain peningkatan penyaluran kredit dan penempatan pada surat berharga pemerintah.
Setelah rights issue itu, manajemen menjelaskan bahwa BOI sebagai pemegang saham utama sekaligus pemegang saham pengendali memiliki 76 persen atau sebesar 1,05 miliar saham dan memiliki hak untuk memperoleh 1,05 miliar HMETD.
BOI menyatakan memiliki dana sebesar Rp1 triliun untuk mengambil sebagian hak yang dimilikinya, yakni 1 miliar HMETD. Sisa HMETD sebanyak 55,48 juta tidak akan diambil dan dilaksanakan, serta tidak akan dialihkan oleh BOI kepada pihak lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel