Di Bawah Ekspektasi, Ekspor China Turun pada Oktober 2022, Neraca Dagang Naik Tipis

Bisnis.com,07 Nov 2022, 12:34 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Stasiun kereta api bawah tanah (subway) Tuanjiehu, Beijing, China, Minggu (1/5/2022), lengang saat diberlakukan penguncian wilayah (lockdown) secara parsial menyusul munculnya 259 kasus positif baru Covid-19 sejak 22 April 2022. Lockdown diberlakukan bersamaan dengan musim liburan Hari Buruh pada 1-4 Mei 2022./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Surplus neraca perdagangan China naik tipis pada bulan Oktober 2022 menyusul penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan kontraksi nilai ekspor.

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (7/11/2022), Otoritas bea cukai China mencatat neraca perdagangan naik tipis menjadi US$85,1 miliar pada Oktober dari US$85 miliar pada September.

Pertumbuhan ekspor dalam dolar AS turun 0,3 persen pada Oktober dari bulan yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Angka ekspor ini anjlok dari pertumbuhan 5,7 persen pada September 2022 dan berada di bawah proyeksi ekonomi yang memperkirakan kenaikan 4,5 persen

Sementara itu, nilai impor juga turun 0,7 persen, penurunan pertama sejak Agustus 2020. Nilai impor ini juga berbalik dari kenaikan 0,3 persen pada bulan sebelumnya.

Pelemahan ekspor menambah tekanan pada ekonomi yang sudah berjuang karena lesunya pasar properti, gangguan akibat kebijakan Zero Covid, dan belanja konsumen yang lemah. Ekspor yang tangguh telah menjadi dukungan utama bagi pemulihan China dalam dua tahun terakhir karena permintaan di pasar global yang kuat.

Namun, tren ini telah berbalik karena permintaan dari pandemi menghilang tepat ketika perang di Eropa mendorong inflasi dan ketidakpastian global.

Juru bicara Kementerian Perdagangan China Shu Jueting mengatakan ,omentum diperkirakan akan terus melema. Di sisi lain, kondisi perdagangan China semakin kompleks.

"Risiko perlambatan pertumbuhan permintaan global meningkat," ungkap Shu.

Pengetatan kebijakan yang agresif oleh negara-negara maju meningkatkan kekhawatiran akan resesi global yang selanjutnya akan mengurangi permintaan untuk produk-produk buatan China. Federal Reserve AS pekan lalu menaikkan suku bunga acuan untuk keenam kalinya tahun ini. Negara-negara Eropa diperkirakan akan mengikutinya.

Wabah Covid dan langkah-langkah pengendalian yang ketat dengan kebijakan Zero Covid menjadi sumber kekhawatiran utama lainnya. Selain pembatasan mobilitas, komitmen teguh pemerintah terhadap strategi ini menghancurkan harapan akan perbaikan situasi ekonomi.

Pihak berwenang China menawarkan sedikit petunjuk mengenai rencana menyelamatkan ekonomi yang sakit di Kongres Partai bulan lalu, yang memicu anjloknya pasar saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini