Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat piutang pembiayaan kotor industri multifinance pada kuartal III/2022 mencapai Rp421,85 triliun atau tumbuh 9,8 persen (year-on-year/yoy) dan naik 8,5 persen (year-to-date/ytd) ketimbang Desember 2021.
Anggota Dewan Komisioner sekaligus Ketua Dewan Pengawas Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) OJK Ogi Prastomiyono menjelaskan bahwa sampai saat ini piutang pembiayaan netto industri masih bertumbuh dobel digit secara tahunan.
"Outstanding piutang pembiayaan tumbuh 10,68 persen [yoy] menjadi Rp397,42 triliun pada September 2022, didukung pembiayaan modal kerja dan investasi yang masing-masing tumbuh 27,1 persen [yoy] dan 21,7 persen [yoy]," ujarnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner OJK beberapa waktu lalu, dikutip Rabu (9/11/2022).
Secara terperinci, pembiayaan investasi porsinya Rp135,83 triliun dari total, disusul pembiayaan modal kerja Rp35,05 triliun, pembiayaan multiguna Rp207,86 triliun, sementara pembiayaan syariah Rp18,14 triliun.
Adapun, piutang pembiayaan kotor industri yang diramaikan oleh 154 multifinance ini tercatat mencapai Rp421,85 triliun, tumbuh 9,8 persen yoy dan naik 8,5 persen (ytd) ketimbang Desember 2021.
Catatan ini terbilang masih dalam jalur pertumbuhan sesuai proyeksi Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), yaitu minimal tumbuh 6-8 persen pada akhir tahun nanti. Sementara proyeksi moderat dipatok tumbuh di kisaran 8 persen, sementara proyeksi paling optimistis dipatok di kisaran 12 persen.
Berdasarkan objek pembiayaan, barang konsumsi penyumbang piutang terbesar masih berasal dari mobil baru senilai Rp122,3 triliun yang naik sekitar Rp2 triliun lebih ketimbang bulan sebelumnya dan tumbuh 9,1 persen ytd.
Setelahnya, ada piutang dari produk kredit sepeda motor baru yang naik sekitar Rp900 miliar dari Agustus 2022 dan tumbuh 2 persen ytd menjadi Rp66,24 triliun.
Bergeser ke piutang dari mobil bekas dan motor bekas yang mencakup pembelian unit atau jaminan fasilitas dana tunai, nilainya masing-masing naik 5,7 persen ytd menjadi Rp57,4 triliun dan 18,4 persen ytd menjadi Rp21 triliun.
Barang konsumsi lain-lain senilai Rp8,23 triliun juga naik 25,4 persen ytd dan dalam tren terus meningkat sejak awal tahun, terutama didorong fasilitas kredit digital dan bayar tunda (paylater) aneka barang melalui platform dagang-el (e-commerce).
Adapun, barang-barang elektronik senilai Rp3,85 triliun terbilang stabil dalam beberapa bulan belakangan dan naik 7,9 persen yoy, namun masih turun tipis ketimbang Desember 2021. Biasanya, siklus permintaan pembiayaan baru terkait pembelian barang-barang elektronik baru akan melonjak jelang momen tahun baru.
Bergeser ke utang dari segmen pelaku usaha, objek penyumbang nilai piutang terbesar terhadap industri multifinance disumbang alat-alat berat yang tumbuh 23,6 persen ytd menjadi Rp35,78 triliun, terutama terdorong sentimen positif dari geliat aktivitas pertambangan, perkebunan, dan konstruksi.
Objek pembiayaan produktif lain juga kompak bertumbuh ketimbang beberapa bulan belakangan, antara lain mobil pengangkutan yang naik 16,6 persen ytd menjadi Rp49,1 triliun, serta kategori barang produktif lain-lain yang naik 16,8 persen ytd menjadi Rp17,67 triliun.
Sebaliknya, barang-barang produktif lain, seperti mesin-mesin industri, peralatan perkantoran, komputer kantor, gedung kantor, alat transportasi air, dan alat-alat pembangkit listrik industri, masih belum bertumbuh secara signifikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel