6 Penyebab Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak Rp21,4 Triliun

Bisnis.com,10 Nov 2022, 11:13 WIB
Penulis: Dany Saputra
angkaian Electric Multiple Unit (EMU) atau kereta untuk proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung (KCJB) mulai dikirim dari China ke Indonesia pada Jumat (5/8/2022) - Dok. KCIC

Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Cepat Indonesia China atau KCIC mengungkap sejumlah faktor yang menyebabkan pembengkakan biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) sebesar US$1,449 miliar atau sekitar Rp21,4 triliun.

Untuk diketahui, biaya bengkak atau cost overrun proyek sebesar Rp21,4 triliun itu merupakan hasil review Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) per 15 September 2022.

Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengklasifikasi faktor penyebab cost overrun menjadi setidaknya enam faktor.

Ini 6 Penyebab Biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung Bengkak:

1. Pembebasan Lahan

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR kemarin, Rabu (9/11/2022), Dwiyana menyebut perkiraan pembebasan lahan yang diperlukan berdasarkan studi kelayakan pada 2015. Akan tetapi, adanya kendala membuat pembebasan lahan baru dimulai sejak 2016 hingga 2021.

"Karena memang di tengah jalan ada kebutuhan lahan yang ketemu di tengah jalan [berlangsungnya konstruksi proyek] seperti adanya kebutuhan lahan baru yang terdiri dari auxiliary building, tapak tower PLN, akses jalan ke stasiun, dan Stasiun Padalarang," terangnya.

2. Pandemi Covid-19

Pagebluk yang terjadi sejak Maret 2020 itu dinilai menyebabkan progres konstruksi menjadi lambat sehingga meningkatkan biaya proyek.

"Sekitar satu tahun setengah, proyek mengalami slowdown karena adanya pembatasan pegawai proyek kami dan aktivitas yang ada di lokasi proyek," lanjutnya.

3. Aspek Geologis

Tantangan konstruksi proyek KCJB juga terhalang oleh di antaranya seperti penyelesaian tunnel 2 di Purwakarta, serta pekerjaan subgrade yang memerlukan waktu dan biaya tambahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

  1. 1
  2. 2
Tampilkan semua
Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini