Simpanan Nasabah di Bank Tumbuh Melambat, Bakal Lanjut Tahun Depan?

Bisnis.com,11 Nov 2022, 19:07 WIB
Penulis: Dionisio Damara
Karyawan melayani nasabah yang akan membuka deposito di Bank Bukopin Syariah, Jakarta, Kamis (11/2/2021). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Simpanan masyarakat di bank atau biasa disebut dana pihak ketiga (DPK) tercatat tumbuh melambat pada September 2022.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksikan hal ini akan berlanjut hingga tahun depan. 

Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total DPK pada September 2022 tumbuh 6,77 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp7.647 triliun.

Laju pertumbuhan ini melambat dari bulan sebelumnya yakni 7,77 persen yoy karena didorong oleh perlambatan deposito.

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa memperkirakan DPK perbankan pada tahun depan tumbuh 8 persen karena tersulut pertumbuhan ekonomi.

Perkiraan itu lebih rendah dari realisasi pertumbuhan DPK pada 2021 yang mencapai 12,21 persen yoy.

Menurutnya, tren perlambatan DPK saat ini tengah mencari titik keseimbangan.

“Karena ketika uang dipakai, uang keluar dari sistem bank. Namun, uang itu akan berputar dan saat normal akan kembali masuk ke sistem bank,” ujarnya saat ditemui di Nusa Dua, Bali, Rabu (9/11/2022).

Sementara itu, Anggota Dewan Komisioner LPS Didik Madiyono menyampaikan seiring dengan pertumbuhan ekonomi, mau tidak mau, kredit akan jauh lebih tinggi dibandingkan DPK.

Adapun, ketika ekonomi melambat, DPK akan lebih tinggi dari kredit.

Didik menilai hal itu tidak perlu dirisaukan karena likuiditas perbankan masih terjaga dengan loan to deposit ratio (LDR) berada di level 81,22 persen pada September 2022.

Sementara itu, rasio rasio AL/NCD dan AL/DPK tetap terjaga di atas ambang batas.

“Jadi wajar ekonomi akan tumbuh. Kalau kita lihat sebelum Covid-19, DPK jauh lebih rendah dari kredit sehingga LDR 95 persen, jika sekarang sekitar 82 persen masih ada ruang. Justru kita berharap kredit tumbuh untuk mendukung ekonomi,” tuturnya.

Sampai dengan September 2022, Kredit perbankan tercatat tumbuh 11 persen yoy.

Kenaikan ini ditopang oleh kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 12,26 persen yoy. Adapun, secara bulanan, nominal kredit perbankan naik Rp95,45 triliun menjadi Rp6.274,9 triliun.

PERTUMBUHAN KREDIT

Di sisi lain, tiga lembaga Komite Stabilitas Sistem Keuangan yakni Bank Indonesia, OJK, dan LPS meyakini ekspektasi pertumbuhan ekonomi ke depan akan membuat penyaluran kredit perbankan tumbuh mampu menyentuh digit ganda pada 2023.

Purbaya menyampaikan bahwa jika kebijakan moneter tidak diubah, pertumbuhan kredit diperkirakan mencapai 10 – 12 persen sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia (BI).

“Jika fiskalnya diperbaiki sedikit, mungkin bisa lebih dari 12 persen,” tuturnya.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meramalkan kredit perbankan dapat tumbuh 10 – 12 persen secara tahunan dengan segala indikator ekonomi yang terus membaik. Adapun hingga akhir tahun ini penyaluran kredit diperkirakan tembus 9 – 11 persen.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar juga menyerukan optimisme serupa.

Dia menilai bahwa kredit perbankan pada 2023 dapat tumbuh 1,5 kali dari pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB.

Proyeksi tersebut, kata Mahendra, menggunakan pola yang biasanya digunakan untuk menghitung pertumbuhan fungsi intermediasi.

“Tentu dinamikanya akan kami cermati. Sejalan dengan itu, pertumbuhan DPK akan tetap berjalan,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini