Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) menyiapkan strategi penguatan ekosistem dengan induknya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) untuk menghadapi persaingan ketat bank digital yang diperkirakan semakin ketat tahun depan.
Seperti diketahui, sejumlah bank digital pada tahun ini melakukan aksi tambah modal sebagai bekal bersaing tahun depan. Selain itu, sejumlah bank digital baru seperti milik Astra (ASII) juga meluncur pada 2023 mendatang.
Sekretaris Perusahaan Bank Raya Ajeng Putri Hapsari mengatakan, perseroan akan menyambut baik kompetisi antar bank digital tahun depan. Sebab, dengan adanya kompetisi, harapannya akan mendorong munculnya inovasi-inovasi baru yang bermanfaat bagi masyarakat pengguna bank digital.
"Sebagai digital attacker BRI Group, kami fokus untuk bersinergi dengan ekosistem BRI melalui berbagai kolaborasi program yang mendorong percepatan inklusi keuangan melalui produk-produk unggulan kami, tabungan digital dan Pinang," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (13/11/2022).
Menurutnya, di tengah iklim kompetisi, fokus utama Bank Raya yakni pertumbuhan bisnis yang berkualitas dan berkesinambungan. Hal tersebut juga dilakukan untuk mewujudkan misi Bank Raya sebagai digital attacker induknya, yakni BRI. Bank digital berkode emiten AGRO itu juga akan terus menjajaki potensi kerjasama strategis dengan ekosistem teknologi finansial (fintech) hingga gig workers.
Perseroan juga akan mengembangkan produk dan layanannya untuk memberikan value proposition yang kuat dan menjawab kebutuhan penggunanya. Tak lupa fokus pada perbaikan kualitas aset serta recovery. "Kami juga menajamkan fokus efisiensi dan efektivitas kegiatan operasional serta peningkatan customer experience," ujarnya.
Bank Raya sendiri telah meraup laba bersih sebesar Rp32,47 miliar pada kuartal III/2022 atau membalikkan kondisi dari rugi Rp1,83 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Pada kuartal III/2022, kredit yang diberikan Bank Raya namun turun menjadi Rp8,37 triliun atau turun 42 persen yoy dibandingkan kuartal ketiga tahun lalu.
Selain itu, aset perseroan juga menyusut 37 persen secara tahunan atau dari posisi Rp20,53 triliun pada kuartal III/2021 menjadi Rp12,98 triliun pada periode yang sama tahun ini.
Dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) AGRO anjlok 43 persen secara tahunan menjadi Rp9,62 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh susutnya giro, tabungan dan deposito yang masing-masing sebesar 38 persen, 23 persen, serta 48 persen yoy.
Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin memperkirakan bahwa jumlah bank digital di Indonesia akan terus bertambah setidaknya 2-3.
"Persaingan pun akan ketat. Mereka masih akan berdarah-darah dan bakar-bakar uang untuk bisa menarik nasabah baru baik dari sisi funding maupun lending," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel