Bisnis.com, JAKARTA – Jelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 15-16 November 2022 besok, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bertolak menemui langsung mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi doktoral atau S3 di London, Inggris.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan Kantor Perwakilan BI London, Doctoral Epistemic of Indonesian in the United Kingdom (Doctrine-UK) dan Indonesia Society-City University of London. Dalam pertemuan itu akan memaparkan sejumlah hasil riset tentang ekonomi perbankan.
Salah satu anggota Doctrine-UK yang akan memaparkan risetnya adalah Muhammad Rifky Wicaksono, dosen UGM yang juga kandidat doktor bidang hukum di University of Oxford tersebut menegaskan pentingnya keamanan data nasabah di era bank digital.
“Data ialah sumber daya yang sangat bernilai bagi dunia perbankan, namun peredarannya harus diatur ketat agar tidak merugikan nasabah,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Senin (14/11/2022).
Berdasarkan hasil risetnya, Rifky menyarankan empat praktik baik yang dapat diterapkan perbankan Indonesia dari pengalaman bank sentral di Inggris. Pertama, memperluas layanan perbankan kepada seluruh lapisan masyarakat.
Kedua adalah menyusun kebijakan perbankan yang berbasis luaran. Ketiga, mengadakan forum terbuka dengan semua pelaku industri. Keempat membuat aplikasi induk yang terintegrasi untuk seluruh layanan perbankan.
Dalam pernyataan yang sama, Perry Warjiyo menyebut bahwa di era digital saat ini, bank tetap harus menjalankan bisnis sesuai prinsip kehati-hatian, taat terhadap peraturan, dan mengutamakan layanan serta kinerja.
“Data nasabah sangat berharga dan rentan bocor. Oleh sebab itu, harus ada struktur hukum yang kokoh terlebih dahulu untuk melindungi data nasabah,” ucap Perry.
Dia juga memaparkan inovasi BI untuk mendorong layanan digitalisasi perbankan melalui Quick Response Indonesian Standard (QRIS). Menurut Perry QRIS sangat efektif mendorong digitalisasi UMKM dan pertumbuhan ekonomi keuangan syariah.
“Kami berhasil menggabungkan QR code berbagai perusahaan ke dalam platform QRIS dan Gerbang Pembayaran Nasional. Hanya 16 persen usaha yang belum bergabung ke dalam platform pembayaran yang terintegrasi ini,” pungkasnya.
Kegiatan yang digelar di kampus City University of London tersebut juga menghadirkan Aulia Syakhroza, seorang diaspora Indonesia yang menjadi tenaga pengajar di Bayes Business School.
Selain itu, mahasiswa S3 lainnya yang memaparkan hasil riset antara lain, Imaddudin Abdullah dan Mayang Rizky, kandidat doktor di Kings’s College London. Mereka meneliti tentang industrialisasi di Indonesia dan pekerja informal di dalam emerging economy.
Ketua Doctrine-UK Gatot Subroto, menambahkan bahwa kegiatan ini akan terus dilakukan untuk menjembatani hasil riset para mahasiswa S3 di Inggris, langsung dengan pemangku kepentingan.
“Jadi hasil riset yang mereka paparkan dapat langsung ditanggapi. Mahasiswa doktoral mendapat input langsung dari praktisi di bidangnya. Sebaliknya, para pemangku kebijakan mendapat masukan dari kami berbasis hasil riset, data dan pengalaman sejenis di Inggris,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel