Presiden Korsel Kaitkan KTT G20 Bali dengan Krisis, Apa Katanya?

Bisnis.com,14 Nov 2022, 21:24 WIB
Penulis: Khadijah Shahnaz
Presiden Korea Selatan terpilih Yoon Suk-yeol/Yonhap

Bisnis.com, BADUNG - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 Bali memiliki beberapa kesamaan dengan KTT G20 Washington DC pada 2008 dan KTT G20 Korea Selatan pada 2010.

Hal ini dikarenakan ketiga KTT G20 tersebut berlangsung saat dunia sedang mengalami krisis. Pada saat KTT G20 pertama kali di Washington DC mengalami krisis di bidang keuangan. Krisis tersebut dikarenakan beberapa negara maju mengalami ekonomi yang memburuk.

Sedangkan, pada KTT G20 di Korea Selatan adanya krisis akibat utang Eropa. Yoon menambahkan saat ini untuk perekonomian dan keuangan sudah beruntung, sistem keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 dan 2010 dapat diperbaiki dengan koordinasi global, pasokan likuiditas yang memadai.

"Dan negara-negara saat ini sudah berhasil mengantisipasi krisis ekonomi," jelasnya saat acara B20 Summit Indonesia Day 2, Bali, Senin (14/11/2022).

Meskipun begitu, Yoon tetap meningkatkan gangguan ekonomi yang terjadi pada awal pandemi Covid 19, terlebih dengan adanya situasi geopolitik yang semakin panas akibat perang Ukraina dan Rusia.

Sebelumnya, CEO Amazon Jeff Bezos menyarankan tiga prinsip miliknya dalam menghadapi krisis dunia yaitu pandemi Covid -19, perubahan iklim, dan konflik geopolitik.

Dalam keynote speech B20 Summit pada Senin (14/11/2022), Jeff Bezos mengatakan B20 summit dilaksanakan di masa yang kompleks dan sulit.

Hal ini dikarenakan dunia sedang menghadapi krisis tiga kali lipat, yaitu konflik, Covid-19, dan Iklim. Dalam menghadapi hal ini, Bezos membagikan tiga prinsip yang dianggap bermanfaat baginya. Pertama, adalah belajar hasil capaian masa lalu.

"Kedua, untuk menghadapi tantangan saat ini, mengharuskan kita untuk memenuhi kebutuhan mendesak sambil juga meletakkan dasar untuk masa depan jangka panjang yang lebih baik. Di saat bersamaan pemerintah dan bisnis perusahaan mengatasi masalah inflasi yang mendesak," jelasnya.

Ketiga, untuk tidak terjebak dalam pola pikir baik atau buruk. Banyak pemimpin bisnis dan pemerintah ingin berani dalam mengurangi kerusakan lingkungan tetapi mereka takut, itu akan meningkatkan biaya dan pertumbuhannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini