Bisnis.com, JAKARTA — Saham bank digital menguat sepanjang pekan lalu (7–11 November 2022). Di balik penguatan tersebut, setidaknya ada tiga bank digital, yakni PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB), PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK), dan PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) merugi hingga kuartal III/2022.
Sementara itu, tiga bank digital lain telah membukukan laba hingga kuartal III/2022, yakni PT Bank Jago Tbk. (ARTO), PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI), dan PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO).
Dalam periode perdagangan saham sepekan kemarin , harga saham ketiga bank itu pun melonjak. Berdasarkan data dari RTI Business, dalam sepekan lalu, harga saham ARTO naik 20,23 persen.
Kemudian, BBHI mencatatkan kenaikan harga saham 12,84 persen dalam sepekan lalu dan AGRO naik 3,85 persen dalam sepekan.
Adapun Bank Neo Commerce (BBYB) mencatatkan kerugian yang membengkak menjadi Rp601,2 miliar. Jumlah rugi bersih yang dibukukan bank digital milik Akulaku ini naik jika dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu, yakni Rp264,7 miliar.
Bank Aladin juga mencatatkan kerugian yang membengkak hingga 141,12 persen yoy pada kuartal III/2022 menjadi Rp146,41 miliar dibandingkan Rp60,72 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara Bank Amar mencatatkan rugi mencapai Rp172,86 miliar pada kuartal III/2022. Kondisi ini berbalik dari kuartal III/2021 yang untung Rp565,18 juta.
Meski begitu, Analis MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang Citradi mengatakan bahwa dalam jangka panjang, saham bank digital prospektif.
"Karena tesisnya bank digital ini diharapkan dapat memberikan tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA) dan tingkat pengembalian modal [return on equity/ROE] lebih tinggi dari konvensional," ujarnya kepada Bisnis pada Senin (14/11/2022).
Bank digital juga mempunyai cost to income ratio yang lebih kecil. "Namun karena masih tahap awal, investasi di sektor teknologi dan talenta pasti juga besar," ungkapnya.
Ia juga mengatakan bahwa saham bank digital prospektif pada 2023. Namun, ada sejumlah tantangan yang mesti dihadapi bank digital.
"Tantangannya adalah bagaimana bank digital itu dapat melakukan funding dengan cara yang tepat di tengah tren kenaikan suku bunga," ungkap Tirta.
Menurutnya, saat ini proporsi struktur dana pihak ketiga (DPK) masih didominasi oleh deposito. Bank digital juga agresif menggalang dana dengan menawarkan bunga lebih tinggi. Hal tersebut membuat cost of fund lebih tinggi.
Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin juga menyebutkan bahwa bank digital akan menghadapi sejumlah tantangan tahun depan. Pertama, mengembangkan inovasi produk dan layanan.
Kedua, menjangkau masyarakat yang belum bankable untuk bisa akses ke bank digital. "Ketiga, efisiensi proses serta biaya yang lebih ditekan," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel