Unjuk Rasa di Iran, 2 Orang Tewas Ditembak Mati

Bisnis.com,16 Nov 2022, 12:42 WIB
Penulis: Erta Darwati
Demonstran berkumpul ./ilustrasi/Rabu (13/7/2022). Reuters/Adnan Abidi

Bisnis.com, JAKARTA - Dua orang pengunjuk rasa ditembak mati oleh pasukan keamanan Iran pada Selasa (15/11/2022) pada saat demonstrasi untuk memprotes kematian Mahsa Amini.

Para pengunjuk rasa menanggapi seruan untuk memperingati orang-orang yang terbunuh dalam penumpasan 2019.

Demonstrasi juga dipicu oleh kematian Mahsa Amini (22) pada pertengahan September tahun ini, setelah ditangkap karena diduga melanggar aturan berpakaian ketat Iran untuk wanita.

Pengunjuk rasa memblokir bundaran utama di Lapangan Sanat, Teheran sehingga membuat mobil-mobil yang ingin melintas menekan klakson hingga bergema.

Selain itu, para pengunjuk rasa juga meneriakkan "kebebasan, kebebasan", seperti yang terlihat dari rekaman yang beredar.

Pengunjuk rasa juga turun ke jalan-jalan di kota-kota lain, termasuk Bandar Abbas dan Shiraz, di mana para wanita terlihat melambai-lambaikan jilbab mereka di atas kepala mereka.

Saat hari mulai gelap, terlihat lebih banyak orang yang turun ke jalan-jalan ibu kota, beberapa dari mereka berkumpul di sekitar api unggun dan meneriakkan "matilah diktator".

Sebuah kelompok hak asasi yang berbasis di Norwegia, Hengaw mengatakan bahwa pasukan pemerintah melepaskan tembakan pada saat demonstrasi.

"Pasukan pemerintah telah langsung melepaskan tembakan di sebagian besar kota tempat pemberontakan terjadi, seperti Sanandaj, Kamyaran dan Kermanshah," kata Hengaw.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa 2 orang telah tewas akibat tembakan langsung dari pasukan pemerintah.

"Dua orang telah tewas oleh tembakan langsung dari pasukan pemerintah di Sanandaj dan Kamyaran," lanjutnya, seperti dilansir dari CNA, Rabu (16/11/2022).

Selain itu, pihaknya juga berupaya untuk mengkonfirmasi laporan bahwa lebih banyak pengunjuk rasa yang tewas.

Kantor Hak Asasi Manusia PBB meminta Iran untuk segera membebaskan ribuan orang yang ditangkap karena ikut dalam demonstrasi.

Juru bicara (jubir) Jeremy Laurence mengatakan dengan dalih membuka ruang dialog, pemerintah justru menanggapi protes dengan kekerasan yang meningkat.

"Alih-alih membuka ruang untuk dialog tentang keluhan yang sah, pihak berwenang menanggapi protes yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan kekerasan yang meningkat," kata Laurence.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Novita Sari Simamora
Terkini