BREAKING NEWS - BI Naikkan Bunga Acuan BI7DRR 50 Poin, Tertinggi 6 Tahun

Bisnis.com,17 Nov 2022, 14:19 WIB
Penulis: Ni Luh Anggela
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat memaparkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG BI)./Youtube Bank Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 November 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen. 

Dengan penetapan ini, maka suku bunga acuan BI7DRR tertinggi dalam 6 tahun terakhir atau sejak Oktober 2016. Saat itu, suku bunga acuan oleh BI ditetapkan sebesar 4,75 persen. 

"Dengan mempertimbangkan ekonomi ke depan maka BI7DRR naik sebesar 0,5 basis poin," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan per November 2022, hari ini, Kamis (17/11/2022). 

Perinciannya, kenaikkan deposit rate menjadi 4,5 persen. Sedangkan suku bunga lending rate naik 50 bps menjadi 6 persen. "Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah lanjutan front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi dan memastikan inflasi inti ke depan kembali dalam sasaran 3 plus minus 1 persen lebih awal yaitu pada paruh pertama 2023," katanya.

Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan kenaikan suku bunga acuan untuk menjangkar ekspektasi inflasi. Targetnya inflasi inti pada 2023 akan kembali pada target sasaran 2—4 persen.  

“Selain itu, kenaikan suku bunga acuan BI pada bulan ini ditujukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” katanya. 

Josua mengatakan, tekanan pada rupiah diperkirakan masih tinggi karena terdapat potensi bank sentral Amerika Serikat (AS), the Fed, yang masih akan melanjutkan untuk menaikkan suku bunganya hingga kuartal I/2023.  

Sementara itu, the Fed diperkirakan akan mulai mengurangi agresivitas kenaikan suku bunga acuan, yang diperkirakan pada pertemuan FOMC Desember akan meningkat sebesar 50 basis poin. Hal ini sejalan dengan tingkat inflasi di negara itu yang melandai ke level 7,7 persen pada Oktober 2022. 

“Dengan langkah kebijakan untuk menjangkar tingkat inflasi dan stabilitas rupiah, maka kondisi ekonomi Indonesia tahun depan diharapkan akan tetap resilien di tengah kondisi ekonomi global terutama negara-negara maju yang berpotensi mengalami resesi,” kata Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini