Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) meyakini proyeksi bisnis ke depan masih akan tetap berada dalam zona positif dengan berbagai rencana korporasi dan inovasi yang dilakukan, kendati sejauh ini perusahaan masih dirundung kerugian.
Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan bahwa BNC saat ini sedang melaksanakan proses penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue dan pemenuhan modal inti minimum Rp3 triliun.
“Dana yang didapat dari rights issue ini akan digunakan BNC untuk memperkuat modal inti, serta untuk modal kerja pengembangan usaha perseroan, antara lain berupa penyaluran kredit dan kegiatan operasional perbankan lainnya,” ujarnya di Jakarta, Rabu (16/11/2022).
Dia juga menambahkan emiten berkode saham BBYB ini terus mengembangkan usaha, yaitu dengan aktif mengeluarkan produk-produk dan fitur di aplikasi neobank. Hal ini diharapkan mampu menjadi jawaban atas permasalahan yang dihadapi masyarakat.
“Produk dan fitur anyar tersebut antara lain tabungan berjangka [Neo Wish], fitur investasi emas [Neo Emas] dan fitur pinjaman [Neo Loan],” pungkasnya.
Di tengah optimisme tersebut, BBYB sampai dengan kuartal III/2022 tercatat masih membukukan rugi bersih sebesar Rp601,2 miliar atau naik 127 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Di balik kerugian ini, BBYB tercatat mampu membukukan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) sebesar Rp1,08 triliun atau melesat 351 persen yoy. Hal ini ditopang oleh pendapatan bunga yang melejit 221 persen secara tahunan menjadi Rp1,58 triliun.
Pendapatan bunga BBYB ditopang oleh penyaluran kredit yang mencapai Rp8,9 triliun per kuartal III/2022, atau naik 131,77 persen yoy. Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) baik secara gross maupun net terjaga di level 1,88 persen serta 1,69 persen.
Sementara itu, aset bank digital yang mayoritas sahamnya dimiliki Akulaku tersebut mencapai Rp15,9 triliun, naik 98,75 persen yoy. Hal ini diikuti oleh raihan dana pihak ketiga (DPK) yang ikut meningkat sebesar 88,9 persen pada September 2022 menjadi Rp12,6 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel