Suku Bunga Acuan BI Naik Lagi, Rupiah Tetap Dihantam Keras Dolar AS

Bisnis.com,17 Nov 2022, 15:36 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada perdagangan Kamis (17/11/2022) setelah keputusan naiknya suku bunga acuan sebesar 0,5 basis poin menjadi 5,25 persen dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) 16-17 November 2022. 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,40 persen atau 63 poin ke Rp15.662,50 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau naik 0,42 persen ke 106,73.

Di tengah pelemahan mata uang Garuda, mata uang di kawasan Asia juga turut terkoreksi. Mata uang won Korea Selatan terkoreksi 1,01 persen, dolar Taiwan melemah 0,15 persen dan peso Filipina terdepresiasi 0,01 persen.

Selanjutnya, ringgit Malaysia terpantau melemah 0,19 persen, dan yuan China terdepresiasi 0,37 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, pergerakan rupiah pada hari ini utamanya dipengaruhi oleh keputusan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur BI November 2022.

Kali ini, BI mengerek BI 7-Days Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen. Selain mengerek suku bunga acuan, BI juga menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 50 bps menjadi 4,5 persen dan suku bunga lending facility sebesar 50 bps menjadi 6 persen

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan BI dalam menaikkan suku bunga acuan ini sebagai langkah front-loaded, pre-emptive, dan forward looking dalam menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran lebih cepat dari target.

"Selain itu, Gubernur BI juga menyebut peningkatan suku bunga acuan ini untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global dan makin kuatnya dolar AS," jelas Ibrahim dalam laporannya.

Sementara itu, pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut ditopang oleh konsumsi domestik dan investasi yang tumbuh dengan baik. Konsumsi domestik yang besar menyebabkan guncangan yang terjadi di tingkat global dapat diredam oleh solidnya ekonomi domestik.

Berdasarkan data terkini, meskipun ada ketidakpastian global namun ekonomi Indonesia mampu tumbuh, utamanya di antara negara-negara anggota G20 lainnya, yaitu sebesar 5,72 persen pada triwulan ketiga 2022 yang lalu, setelah sebelumnya tumbuh 5,45 persen pada kuartal II/2022.

Sementara itu, dari luar negeri, indeks dolar AS terpantau rebound pada hari Kamis karena data ritel AS yang kuat meragukan narasi baru-baru ini bahwa inflasi mundur dan suku bunga AS tidak perlu naik terlalu jauh. Sementara kasus Covid-19 yang memburuk di China juga mengurangi sentimen terhadap kawasan tersebut.

"Pernyataan hawkish dari pejabat Federal Reserve semalam juga meredam harapan untuk pergeseran Fed yang dovish," jelasnya.

Adapun, untuk perdagangan besok, Ibrahim memprediksi nilai tukar rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah pada rentang Rp15.640 - Rp15.700.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini