Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) telah menaikan suku bunga acuannya sejak Agustus 2022. Seiring dengan tren suku bunga acuan yang tinggi, sejumlah bank seperti PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) hingga PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) pun giat mempertebal dana murah.
Berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 16 – 17 November 2022, BI kembali menaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen. Pada saat yang sama suku bunga deposit facility dan lending facility naik 50 bps menjadi 4,50 persen serta 6 persen.
Sebelumnya, BI telah menaikan suku bunga acuan secara berturut-turut pada Agustus (25 bps), September (50 bps), dan Oktober (50 bps).
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan dengan tren kenaikan suku bunga acuan dari BI itu, mau tidak mau harus dilakukan penyesuaian suku bunga baik simpanan maupun pinjaman. Sedangkan, seiring dengan kenaikan suku bunga acuan BI, CIMB Niaga terus menggenjot dana murah (current account savings account/CASA) agar biaya dana atau cost of fund tetap terjaga.
Pertumbuhan dana murah itu pun tercatat positif. "Sampai dengan kuartal III/2022 terjadi penurunan cost of fund sejalan dengan tetap tumbuhnya CASA," ujarnya kepada Bisnis pada Kamis (17/11/2022).
CIMB Niaga telah mencatatkan total dana pihak ketiga (DPK) Rp221,9 triliun per kuartal III/2022. Sementara rasio CASA meningkat menjadi 67,7 persen.
Lani mengatakan, fokus perseroan mempertebal CASA yang menjadi tulang punggung dalam menjaga cost of fund dilakukan lewat digital channel hingga cash management.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha juga mengatakan bahwa di tengah tren kenaikan suku bunga acuan BI, Bank Mandiri tetap berupaya menjaga tingkat biaya bunga yang optimal. Sementara, dari sisi likuiditas, Bank Mandiri fokus pada peningkatan dana murah untuk menjaga biaya dana tetap berada di level yang rendah.
"Untuk menjaga pertumbuhan CASA, Bank Mandiri terus mengembangkan layanan digital Livin’ by Mandiri yang dapat menghadirkan solusi kebutuhan transaksi dan gaya hidup nasabah secara menyeluruh," ujarnya.
Bank Mandiri mencatat bahwa posisi rasio CASA terjaga di level 73,3 persen per September 2022. Kemudian, cost of fund Bank Mandiri berada di level 1,35 persen.
Selain itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) juga tercatat semakin mempertebal dana murahnya. Porsi CASA terhadap DPK BRI pada kuartal III/2022 mencapai 65,43 persen. Angkanya meningkat dibandingkan September tahun lalu, yakni 59,60 persen.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, porsi dana murah itu menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK. "Secara tahunan [year-on-year/yoy], dana murah BRI tumbuh 10,22 persen," katanya dalam konferensi pers laporan kinerja keuangan BRI pada Rabu (16/11/2022).
Sementara, DPK BRI mencapai Rp1.139,77 triliun hingga kuartal III/2022, tumbuh dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp1.135,31 triliun.
Strategi BRI meningkatkan dana murah memengaruhi kinerja bottom line perusahaan. Hal tersebut tercermin dari menyusutnya cost of fund menjadi 1,94 persen per kuartal III/2022. "Ini merupakan terendah sepanjang sejarah BRI," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel