Ini 5 PR Penting Industri Asuransi

Bisnis.com,20 Nov 2022, 00:45 WIB
Penulis: Nabil Syarifudin Al Faruq
Ilustrasi asuransi jiwa

Bisnis.com, JAKARTA — Menghadapi perlambatan ekonomi global tahun depan, industri asuransi dinilai masih memiliki banyak pekerjaan rumah. Namun demikian, industri asuransi tahun depan diproyeksikan masih akan bertumbuh.

Ekonom dan Direktur Eksekutif Celious Bhima Yudhistira mengatakan, terdapat 5 faktor yang diproyeksikan akan mempengaruhi bisnis asuransi ke depan.

Pertama adalah terkait dengan kepercayaan nasabah, di mana banyak kasus asurasni yang dinilai masih membekas di calon ataupun pemegang polis, seperti kasus Asabri, Jiwasraya, Bumi Putera dan lainnya.

“Ini masih membekas dan menurunkan tingkat kepercayaan. Perusahaan asuransi harus berbenah dalam tata kelola nya, jangan sampai lagi terjadi ada miss selling, terutama di produk unit link. Hal ini untuk membangun kembali brand yang positif,” ujar Bhima kepada Bisnis, Sabtu (19/11).

Kedua, industri asuransi akan dihadapi dengan tantangan dari resesi ekonomi global yang mungkin akan berdampak ke Indonesia dan sudah mulai terlihat dari penurunan cadangan devisa atau dari pelemahan nilai tukar rupiah.

Hal ini juga bisa berdampak terhadap keyakinan konsumen untuk bisa membeli atau memiliki polis asurasnsi, baik asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan.

Ketiga, tantangan yang akan dihadapi adalah Risk Base Capital (RBC) perusahaan asuransi. Bhima menyampaikan bahwa dari segi regulasi perlu diperhatikan arah untuk memperketat aturan main di industri asuransi.

“Mungkin ke depan yang bisa diperhatikan adalah modal minimum seperti yang dimiliki perbankan, dan pengendalian manajamen risiko, serta penempatan dana investasinya, sehingga bisa berdampak terhadap fee based income yang diterima oleh perusahaan asuransi,” ujar dia.

Keempat, kemunculan dari fenomena insurtech. Bhima mengatakan bahwa tanpa disadari produk asuransi yang terkait dengan proteksi barang, seperti yang ada di e-commerce bisa menjadi peluang bagi perusahaan asuransi, karena pasarnya masih besar di Indonesia seiring dengan nilai transaksi di e-commerce masih cukup tinggi. “Jadi bagaimana ke depannya tantangannya asuransi ini bisa mengakselerasi digitalisasi, bisa ikut terlibat di dalam ekosistem digital,” ujar dia.

Kelima, mengenai literasi keuangan. Bhima melihat literasi keuangan di sektor asuransi masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan literasi di perbankan.

“Jadi untuk literasi asuransi ini edukasi terus menerus perlu dilakukan pada komunitas masyarakat, bahkan tenaga pendidik karena edukasi soal produk asuransi harusnya dikenalkan, bahkan mulai dari sekolah menengah maupun perguruan tinggi,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini