AS dan Filipina Bakal Negosiasi Pakta Teknologi Nuklir

Bisnis.com,21 Nov 2022, 07:19 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Wakil Presiden AS Kamala Harris tiba di Paya Lebar Air Base, Singapore, pada Minggu (22/8/2021)/Bloomberg-Lauryn Ishak.

Bisnis.com, JAKARTA – Amerika Serikat dan Filipina akan membuka pembicaraan mengenai kesepakatan untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir dengan teknologi AS.

Hal ini diungkapkan oleh Wakil Presiden AS Kamala Harris sebelum pertemuan dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. dan Wakil Presiden Sara Duterte Carpio di Manila pada Senin (21/11/2022). Pertemuan ini merupakan bagian dari perjalanan untuk memperdalam hubungan keamanan dan ekonomi di Asia.

Dilansir dari Bloomberg, pekan lalu Harris meluncurkan kemitraan energi bersih dengan Thailand yang mencakup tawaran bantuan AS untuk membangun reaktor nuklir kecil.

Pembicaraan mengenai perjanjian energi nuklir sipil dengan Filipina bertujuan untuk menyebarkan teknologi reaktor canggih guna membantu Filipina memenuhi kebutuhan listriknya. Kesepakatan ini akan memberikan dasar hukum untuk ekspor peralatan dan material nuklir AS.

Dalam upaya untuk meningkatkan rantai pasokan bahan baku mineral penting, AS juga akan mendukung pengembangan fasilitas pengolahan nikel dan kobalt di Filipina.

Gedung Putih mengatakan Fasilitas tersebut akan memperluas produksi nikel dan kobalt Filipina sebesar 20.000 metrik ton per tahun dan meningkatkan pembangunan berkelanjutan dari mineral penting tersebut.

Pakta Pertahanan

Militer AS saat ini beroperasi di lima lokasi di Filipina dan kedua negara juga melakukan latihan militer bersama.

Seorang pejaban senior pemerintahan AS mengatakan kedua negara telah menentukan lokasi baru untuk memperluas pakta kerja sama pertahanan mereka, tetapi lokasi yang tepat dan penggunaannya belum akan dipublikasikan.

Manila adalah pemberhentian kedua Harris dalam perjalanannya ke Asia setelah sebelumnya ia mengunjungi Thailand. Dia berangkat ke wilayah Palawan pada Selasa. Wilayah di tepi Laut China Selatan ini menjadi daerah sengketa yang diklaim seluruhnya atau sebagian oleh beberapa negara termasuk China dan Filipina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini