Bisnis.com, JAKARTA — Survei Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) diperkirakan menurun selama 3 hingga 6 bulan ke depan. Meski begitu PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) hingga PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) optimistis KPR akan tetap tumbuh.
"Ke depan kami optimis sektor properti akan tetap tumbuh meskipun dibayangi oleh kondisi makroekonomi yang cukup menantang," ujar Direktur Consumer Banking Bank CIMB Niaga Noviady Wahyudi kepada Bisnis pada Selasa (22/11/2022).
CIMB Niaga sendiri mencatatkan pertumbuhan penyaluran KPR 8,6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) per kuartal III/2022 menjadi Rp41,57 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp38,27 triliun.
Noviady memperkirakan bahwa dengan kondisi tren suku bunga acuan BI yang tinggi, biaya dana atau cost of fund memang akan terdampak. Dengan begitu, CIMB Niaga mesti melakukan penyesuaian suku bunga atau margin KPR.
"Namun, kami akan menjaga peningkatan tingkat suku bunga KPR tersebut tetap terjangkau dan kompetitif. Hal ini sebagai bentuk komitmen kami untuk terus menyediakan layanan KPR yang terjangkau dengan pilihan fitur yang beragam bagi nasabah," kata Noviady.
Tercatat, suku bunga dasar kredit (SBDK) untuk bunga KPR CIMB Niaga periode 31 Oktober 2022 hingga 29 November 2022 mencapai 7,25 persen.
Begitu juga dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). "BRI optimistis sampai dengan akhir 2022 pertumbuhan KPR BRI dapat menembus angka 19 persen secara tahunan," kata Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto.
Meski begitu, seiring dengan tren kenaikan suku bunga acuan dari BI, BRI telah melakukan penyesuaian suku bunga kredit. "Untuk suku bunga kredit, BRI telah melakukan penyesuaian khususnya untuk rate pinjaman jangka pendek," katanya.
Sementara, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) memproyeksikan permintaan KPR akan tetap tinggi setidaknya di sisa akhir tahun ini. "Kenaikannya saya hitung di KPR subsidi dan non subsidi bisa sampai 7-8 persen," ujar Direktur Consumer Bank BTN, Hirwandi Gafar dalam acara penandatangan perjanjian kerja sama dan peluncuran KPR BTN Rent to Own, bulan lalu (12/10/2022).
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga optimis penyaluran Mandiri KPR akan tetap tumbuh positif. Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan bahwa hingga akhir 2022, pertumbuhan KPR Bank Mandiri diperkirakan ada pada kisaran 8 persen.
Meskipun, seiring dengan tren kenaikan suku bunga acuan BI, Bank Mandiri akan mempertimbangkan untuk menaikan suku bunga kreditnya. "SBDK mengikuti kondisi pasar dengan memperhatikan tingkat suku bunga acuan, kondisi likuiditas bank, dan tingkat kompetisi dengan bank lain," ungkapnya.
Adapun berdasarkan Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan yang dirilis BI, Senin (21/11/2022), turunnya permintaan selama 3 bulan ke depan terindikasi dari melemahnya pangsa KPR dari 13 persen pada September 2022 menjadi 10,4 persen pada Oktober.
Sementara itu, pada periode 6 bulan mendatang, kebutuhan terhadap pembiayaan KPR juga cenderung melemah. Pada Oktober 2022, pangsa KPR tercatat berada di posisi 6,9 persen, sedangkan bulan sebelumnya mencapai 10,2 persen.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan bahwa pelemahan permintaan KPR itu terjadi karena kondisi umum secara makro ke depan memang sulit diprediksi. Kemudian, kenaikan tingkat suku bunga acuan dari BI juga menjadi faktor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel