Bisnis.com, JAKARTA — Setelah dirundung kerugian setahun terakhir, PT Bank SeaBank Indonesia dalam sekejap mampu melipatgandakan laba bersih hingga aset sepanjang 2022. Pemanfaatan ekosistem dinilai menjadi faktor pertumbuhan bank digital ini.
Saat masih bernama PT Bank Kesejahteraan Ekonomi atau BKE, perusahaan tercatat menelan kerugian sebesar Rp598,1 miliar pada 2020. Setelah diakuisisi Sea Group dan berganti nama menjadi SeaBank pada awal 2021, kerugian itu turun menjadi Rp313,39 miliar.
Akan tetapi, label bank yang merugi tidak lagi melekat pada Seabank sepanjang tahun ini. Sampai dengan kuartal III/2022, SeaBank mencetak laba bersih Rp13,93 miliar. Tak cuma itu, aset perusahaan juga melonjak 301 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp23,86 triliun.
Perolehan aset tersebut menjadi yang tertinggi dibandingkan bank digital lain. Sebut saja PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) yang mencatatkan raihan aset sebesar Rp15,99 triliun, sementara PT Bank Jago Tbk. (ARTO) membukukan Rp15,82 triliun pada kuartal III/2022.
Kemampuan SeaBank dalam membalik kerugian menjadi keuntungan tidak terlepas dari peran Shopee, anak usaha yang juga dimiliki oleh Sea Group. Kolaborasi keduanya menjadi contoh bagaimana kehadiran ekosistem berperan penting dalam mendorong pertumbuhan bisnis.
McKinsey dalam artikel bertajuk Winning in a World of Ecosystem menyebutkan pemanfaatan ekosistem dapat menyusutkan biaya akuisisi pelanggan, memungkinkan otomatisasi dalam skala besar, hingga mengintegrasikan produk dan layanan dalam satu platform.
Dalam lanskap industri perbankan, sebuah ekosistem juga dinilai mampu menghemat biaya akuisisi pelanggan sebanyak 10 hingga 20 persen.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan fungsi utama bank dalam intermediasi atau dengan kata lain memutar uang. Semakin baik bank menjalankan fungsi tersebut, perputaran uang akan makin besar sehingga membuat aset menggemuk.
“Ini yang dilakukan oleh SeaBank dalam setahun terakhir,” ujar Piter kepada Bisnis, Selasa (22/11/2022).
Piter mengatakan bahwa SeaBank juga mampu melipatgandakan penyerapan dana pihak ketiga (DPK) atau dana masyarakat hingga ratusan persen. Di samping itu, perusahaan juga mampu mendorong laju penyaluran kredit hingga tumbuh mencapai tiga digit.
Perinciannya, penyaluran kredit per kuartal III/2022 tembus Rp16,28 triliun atau melesat 448 persen yoy. Adapun DPK melesat 429 yoy menjadi Rp19,75 triliun dengan ditopang oleh dana murah (current account saving account/CASA) yang melonjak 328 persen yoy.
Menurut Piter, faktor utama yang membuat SeaBank mampu melipatgandakan kinerja keuangannya adalah ekosistem digital. “Keterkaitan dengan Shopee membantu SeaBank memperluas jaringan nasabah, baik nasabah DPK maupun kredit,” pungkasnya.
Dihubungi secara terpisah, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menyatakan bahwa hanya bank-bank digital dengan ekosistem kuat yang mampu bertahan secara jangka panjang di era digitalisasi saat ini.
Data aset bank-bank digital per kuartal III/2022:
Bank Digital | Aset Kuartal III/2022 | Aset Kuartal III/2021 | Year-on-Year |
SeaBank | Rp23,86 triliun | Rp5,95 triliun | 301% |
Bank Neo Commerce | Rp15,99 triliun | Rp8,08 triliun | 98% |
Bank Jago | Rp15,82 triliun | Rp10.978.255 | 44% |
Bank Raya Indonesia | Rp12,98 triliun | Rp20,53 triliun | -37% |
Allo Bank | Rp10,59 triliun | Rp6,89 triliun | 54% |
BCA Digital | Rp9,93 triliun | Rp4,88 triliun | 103% |
Bank Amar | Rp3,7 triliun | Rp3,94 triliun | -6% |
Bank Aladin Syariah | Rp2,59 triliun | Rp1,18 triliun | 120% |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel