Bisnis.com, JAKARTA — Berbicara bank syariah pasti tidak lepas dari nama Bank Muamalat. Sebagai bank pertama yang beroperasi di Indonesia dengan sistem syariah murni, kehadirannya menjadi semacam oase bagi masyarakat muslim khususnya, untuk mengembangkan perekonomian berbasis Islam melalui layanan keuangan syariah.
Sedikit menengok kembali perjalanan bank syariah ini, buat kalian generasi milenial pasti sempat akrab dengan pemandangan gerai bernuansa ungu bertuliskan Shar-e berdampingan dengan kantor oranye pada era 90-an sampai 2000-an. Ya, nuansa ungu Bank Muamalat itu bisa dibilang menjadi sesuatu yang melekat ketika melewati kantor pos di berbagai daerah di Indonesia.
Strategi pembukaan gerai di jaringan kantor pos tersebut bisa dicatat sebagai salah satu tonggak keberhasilan Bank Muamalat dalam mendekatkan layanan perbankan syariah kepada mayarakat. Apalagi, kala itu suasananya sangat mendukung, di mana masyarakat seperti mendapatkan oase baru dengan kehadiran bank syariah pertama di Tanah Air.
Setidaknya sebagian besar warga muslim saat itu menyambut suka cita kehadiran Bank Muamalat sebagai pelopor keuangan Islami, ditandai pula dengan edukasi keuangan syariah yang cukup masif. Bahkan, lembaga keuangan mikro berbasis syariah pun bermunculan, mulai dari koperasi syariah, baitul mal, hingga BPR syariah.
Sejak pertama beroperasi pada Mei 1992, kehadiran Bank Muamalat menciptakan harapan akan berkembangnya sistem keuangan syariah yang dapat mendukung kegiatan muamalah, serta mendorong pertumbuhan perekonomian umat.
Dalam dinamikanya ternyata tidak seterusnya berjalan mulus sebagaimana cita-citanya saat didirikan pada November 1991. Meskipun Indonesia memiliki populasi muslim terbesar, tidak serta merta menjadikan Bank Muamalat sebagai entitas terbesar. Apalagi harus bersaing dengan bank konvensional yang sudah mapan.
Pada usianya yang menginjak 30 tahun ini, Bank Muamalat mengalami pasang surut yang tidak mudah, seperti harus berkelit dari krisis moneter 1998 yang membuatnya merugi ratusan miliar, hingga kendala permodalan dan tekanan pembiayaan bermasalah yang membuat kinerjanya melempem.
Catatan perjalanan sejak awal berdiri hingga upaya penyehatan dan kelahiran kembali pelopor bank syariah ini dituangkan secara gamblang dalam buku berjudul Bank Muamalat Reborn yang terbit Agustus 2022 sebagai cetakan pertama.
Buku setebal 258 halaman ini menyajikan catatan bersejarah tentang perjalanan Bank Muamalat sejak kelahirannya sebagai simbol ekonomi Islam yang menghadapi berbagai persoalan pelik, tetapi berhasil melaluinya.
Buku yang dibagi ke dalam delapan bab ini menyajikan catatan perjalanan berdasarkan urutan waktu sejak berdiri hingga eksistensinya saat ini. Pada bab 1 sampai bab 4 membahas latar belakang berdirinya hingga kesuksesan pada masa awal, lalu diterpa krisis moneter 1998 hingga sempat lepas ke tangan investor asing.
Lalu, dipaparkan juga perjalanan pelik tentang penyelamatan dan penyehatan permodalan pada bab 5, sebagai tonggak penting dari kelahiran kembali bank syariah yang kini kembali dimiliki oleh Bangsa Indonesia di bawah kendali Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).
Lalu pada bab 6 dan 7 membahas tentang babak baru bisnis Bank Muamalat setelah penyehatan permodalan, serta rencana penguatan kembali perannya dalam mendukung ekonomi syariah nasional.
Buku ini ditulis oleh A. Iskandar Zulkarnain yang merupakan pegiat perbankan syariah sekaligus anggota Badan Pelaksana pada BPKH periode 2017-2022, yang digarap bersama Anif Punto Utomo, penulis yang sempat berkarier sebagai jurnalis dan mengikuti perjalanan Bank Muamalat.
Selain menuangkan catatan sejarah dan hasil riset, buku ini juga menyajikan informasi dan wawancara dengan sejumlah tokoh penting, seperti direktur utama sejak Riawan Amin hingga Achmad Permana, beberapa pemegang saham, serta pakar ekonomi syariah Adiwarman Karim.
Pada bagian awal, buku ini mendapatkan sambutan khusus dari Menteri BUMN Erick Tohir yang memaparkan dukungan penyehatan melalui Perusahaan Pengelola Aset (PPA), serta Anggito Abimanyu selaku Kepala Badan Pelaksana, BPKH.
Sebagai penyempurnanya, pada bagian awal buku dilampirkan pengantar oleh Presiden RI Joko Widodo, dan bab akhir disajikan wawancara khusus dengan Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin yang menyampaikan optimismenya bahwa kelahiran kembali Bank Muamalat membawa harapan baru.
Sebagai salah satu sosok yang turut andil di balik kembalinya Bank Muamalat ke pangkuan Ibu Pertiwi, A. Iskandar Zulkarnain berharap buku ini dapat menjadi dokumentasi sejarah dalam pengembangan ekonomi syariah, dan menjadi referensi dan literasi bagi awak media, praktisi, akademisi, pemegang kebijakan dan seluruh masyarakat.
Tersimpan pula harapan besar bahwa dengan reborn-nya ini, Bank Muamalat dapat kembali berperan maksimal dalam menggerakkan ekosistem ekonomi syariah dan mendukung cita-cita Indonesia menjadi pusat ekonomi syariah dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel